Sabtu, 17 September 2016

Artikel: Menganalisis Pelosok Butuh Sekolah






ANALISIS MASALAH

Mendapatkan pendidikan adalah hak bagi setiap anak. Seperti yang kita tahu, banyak anak-anak di daerah pelosok atau terpencil yang tidak mendapatkan pendidikan sekolah. Hal ini dikarenakan kurangnya perhatian pemerintah, ditambah lagi bagi mereka yang kurang mampu, biaya pendidikan itu tidaklah murah. Beberapa faktor lagi yang membuat mereka enggan untuk sekolah adalah sarana transportasi dan jauhnya jarak sekolah dari tempat tinggal mereka. Sekolah di daerah-daerah memang jauh dari pemukiman masyarakat dan dari segi jumlah masih perlu penambahan.

Pembanguan fisik sekolah-sekolah di wilayah perkotaan terus menjamur seiring dengan dikeluarkannya dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) oleh pemerintah. Sayangnya perhatian pemerintah tentang pendidikan yang disalurkan lewat dana BOS tersebut tidak begitu nyata dirasakan dampaknya oleh masyarakat atau sekolah-sekolah di daerah pedalaman atau daerah terpencil. Gembar-gembor dana BOS yang dijanjikan oleh pemerintah membahana ke seluruh pelosok negeri, namun pada kenyataannya wujud fisik dari dana BOS tersebut tidak pada sekolah-sekolah di daerah terpencil. Hal ini terjadi biasanya disebabkan oleh masalah-masalah klasik seperti hambatan pada transportasi dan komunikasi. Selain itu hambatan dari manusianya sendiri sering menjadi salah satu alasan pendistribusian dana BOS yang tidak tersalurkan. Hambatan manusia ini dapat berupa KKN (Korupsi Kolusi dan Nepotisme) yang dilakukan oleh aparat-aparat yang bertugas dalam pendistribusian dana BOS sehingga tidak tersampaikan kepada sekolah-sekolah di daerah terpencil sebagaimana mestinya. Masalah inilah yang sebenarnya sulit dihindari bila dibandingkan dengan masalah transportasi dan komunikasi, Mengingat budaya korupsi masih menggerogoti mental bangsa Indonesia di berbagai bidang.

Kehadiran sekolah masih kurang dirasakan masyarakat di wilayah pelosok Kabupaten Tasikmalaya. Akibatnya, banyak pelajar di wilayah pelosok putus sekolah karena sulit menjangkau sekolah yang jaraknya jauh. Seperti contoh masyarakat Kampung Sadot, Desa Kertaraharja, Kecamatan Taraju, Kabupaten Tasikmalaya. Kampung Sadot berlokasi sekitar 50 kilometer dari kecamatan Singaparna, ibukota Kabupaten Tasikmalaya. Jarak dari kampungnya ke sekolah dasar terdekat mencapai 3 kilometer. Perjalanan menuju SD Kubangsari ditempuh anak-anak Kampung Sadot dengan berjalan kaki. Jadi, total jarak yang harus ditempuh anak-anak untuk berangkat dan pulang sekolah mencapai 6 kilometer.

Lulus SD, melanjutkan ke tingkat sekolah menengah pertama adalah pilihan yang sulit bagi anak Kampung Sadot. Penyebabnya lagi-lagi masalah jarak tempuh. Lokasi madrasah tsanawiyah yang setara dengan SMP di Kampung Sukasirna berjarak 7 kilometer. Berjalan kaki merupakan satu-satunya cara menuju Kampung Sukarsirna. Namun, pilihan itu tak diambil anak-anak Kampung Sadot karena jarak yang terlalu jauh. Naik ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, keberadaan sekolah menengah atas semakin sulit dijangkau jaraknya mencapai 12 kilometer di pusat pemerintahan Kecamatan Taraju. Selain jauh, medan jalan menuju sekolah pun tak mudah. Anak-anak harus mendaki bukit dan menyebrangi sungai hingga seragam mereka pun kotor.

Akibatnya jauhnya akses menuju sekolah terpaksa membuat anak-anak Kampung Sadot tidak meneruskan pendidikan hingga ke jenjang yang lebih tinggi. Rendahnya pendidikan masyarakat kampung Sadot bahkan terjadi secara turun temurun.

SOLUSI
Dunia pendidikan di daerah-daerah terpencil seperti di kepulauan-kepulauan kecil di Indonesia menghadapi berbagai masalah yang harus dipecahkan, mulai dari kondisi alam serta lokasi yang sulit dijangkau hingga masalah kebijakan pemerintah pusat yang tidak sesuai dengan kebutuhan pendidikan di daerah atau kebijakan yang cenderung seragam yang sulit untuk diterapkan.
Adanya perbedaan kondisi geografis dan budaya yang berbeda di tiap daerah membuat kebijakan dari pusat sering tidak sesuai. Namun, di tengah kondisi seperti itu pemerintah tetap harus bertekad untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan. Untuk  memperluas akses pendidikan di daerah terpencil membangun Sekolah Kelas Jauh, dan membangun SD-SMP satu atap. Selain itu, pemerintah juga harus merencanakan pembangunan boarding school.
Pemerintah juga dapat membangun SMK di setiap kecamatan berdasarkan ciri khas daerah. Di pesisir dibangun SMK Perikanan, sedangkan di pegunungan dibangun  SMK Perkebunan. Pemerintah juga harus membuat program setiap guru diberi lahan, agar di waktu libur dapat dimanfaatkan bercocok tanam sehingga menghasilkan uang. Pemerintah juga harus memperhatikan masalah kesehatan dengan mengadakan Puskesmas Apung yang di dalamnya ada perpustakaan. Puskesmas Apung ini mengelilingi setiap pulau terpencil yang ada di wilayah tersebut.
Dari kita yang berada didaerah yang banyak tersebar sekolah-sekolah sesuai keinginan, dan “mereka” yang berada di daerah terpencil. Dengan buku-buku sekolah yang sudah tidak terpakai, kita bisa menyumbangkannya ke teman-teman pelosok yang membutuhkan. Ditambah lagi , pemerintah bisa mengirimkan seragam sekolah buat mereka. Hal ini pasti tidak akan sia-sia dan sangat bermanfaat sekali bagi mereka. Kita semua yang wajib dan berhak mengenyam pendidikan di bangku sekolah haruslah sama rata dalam pemberian pendidikan yang layak. Toh kita semua merupakan generasi penerus bangsa, dan sudah sepatutnya pemerintah tanggap dalam hal ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar