Senin, 21 November 2016

Masjid Agung Banten Lama



Masjid Agung Banten adalah salah satu masjid tertua di Indonesia yang penuh dengan nilai sejarah. Setiap harinya masjid ini ramai dikunjungi para peziarah yang datang tidak hanya dari Banten dan Jawa Barat, tapi juga dari berbagai daerah di Pulau Jawa. Masjid ini dikenali dari bentuk menaranya yang sangat mirip dengan bentuk sebuah bangunan mercusuar. Masjid ini dibangun pertama kali oleh Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570), sultan pertama dari Kesultanan Banten. Ia adalah putra pertama dari Sunan Gunung Jati. Masjid Agung Banten terletak di Desa Banten Lama, tepatnya di desa Banten, sekitar 10 km sebelah utara Kota Serang.
Masjid Agung Banten dibangun pertama kali oleh Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570), sultan pertama Kasultanan Banten yang juga putra pertama Sunan Gunung Jati, Sultan Cirebon. Masjid Agung Banten termasuk salam wilayah Desa Kasemen, Kecamatan Kasemen, Kabupaten Serang, Provinsi Jawa Barat. Bangunan masjid berbatasan dengan perkampungan si sebelah utara, barat, dan selatan, alun-alun di sebelah timur, dan benteng/keratin Surosowan di sebelah tenggara. Masjid Agung Banten dirancang oleh 3 arsitek dari latar belakang yang berbeda. Yang Pertama adalah Raden Sepat, Arsitek Majapahit yang telah berjasa merancang Masjid Agung Demak, Masjid Agung Ciptarasa Cirebon dan Masjid Agung Banten. Arsitek kedua adalah arsitek China bernama Cek Ban Su ambil bagian dalam merancang masjid ini dan memberikan pengaruh kuat pada bentuk atap masjid bersusun 5 mirip layaknya pagoda China. Karena jasanya dalam membangun masjid itu Cek Ban Su memperoleh gelar Pangeran Adiguna. Lalu arsitek ketiga adalah Hendrik Lucaz Cardeel, arsitek Belanda yang kabur dari Batavia menuju Banten di masa pemerintahan Sultan Haji tahun 1620, dalam status mualaf dia merancang menara masjid serta bangunan tiyamah di komplek masjid agung Banten. Karena jasanya tersebut, Cardeel kemudian mendapat gelar Pangeran Wiraguna.
Keadaan masjid sampai saat ini masih terawatt dan di kelola oleh yayasan yang dipimpin oleh H. Tubagus Wasi Abbas. Masjid Agung Banten telah mengalami delapan kali pemugaran yang berlangsung dari tahun 1923 sampai 1987. Pada tahun 1923, dilaksanakan pemugaran oleh Dinas Purbakala, dan tahun 1930 dilakukan penggantian tiang-tiang kayu yang rapuh.
Tahun 1945, Residen Banten, Tubagus Chotib, bersama masyarakat melaksanakan perbaikan atap cungkup penghubung di kompleks pemakaman utara, kemudian tahun 1966/1967 Dinas Purbakala memugar menara masjid. Pada tahun 1969 Korem 064, Maulana Yusuf memperbaiki bagian yang rusak antara lain pemasangan eternity langit-langit. Tahun 1970 dilaksanakan pemugaran serambi timur dengan dana dari Yayasan Kur’an. Pertamina pernah memugar kompleks masjid dengan kegiatan mengganti lantai ruang utama, pembuatan pagar tembok keliling kompleks dengan lima gapura. Tahun 1987, dilaksanakan penggantian lantai serambi pemakaman utara dan cungkup makam sultah Hasanudin dengan marmer.
Masjid agung banten merupakan bagian dari kesatuan integral ibukota kerajaan islam banten. Masjid ini merupakan sebuah kompleks bangunan yang terletak disebelah barat alun-alun kota kerajaan, terdri dari bangunan utama, tiamah, menara dan pemakaman. Bangunan utama masjid agung banten ini didirikan pada masa pemerintahan Maulana Hasanuddin (1552-1570), raja pertama yang memerintah di kesultanan Banten. Bangunan utama masjid memiliki rancang bangun tradisional, merupakan inti atau daerah sakral dari kompleks masjid seperti bangunan masjid kuno lainnya, bangunan masjid agung banten memiliki ciri-ciri sebagai masjid kuno jawa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar