Sabtu, 24 Desember 2016

Ajaran Sang Filsuf Plato



Plato membedakan filsafat atas tiga bagian sebagai berikut:

1.                  Dialektika: Tentang idea-idea atau pengertian-pengertian umum
2.                  Fisika: tentang dunia materiil
3.                  Etika: tentang kebaikan.

1)                 Ajaran Tentang Idea-idea
Ajaran tentang idea-idea merupakan inti dan dasar seluruh filsafat Plato. Baginya, Idea merupakan sesuatu yang objektif. Ada idea-idea terlepas dari subjek-subjek yang berfikir. Idea-idea tidak diciptakan oleh pemikiran kita. Idea tidak bergantung pada pemikiran, sebaliknya pemikiran tergantung pada idea-idea.Justru karena ada idea-idea yang berdiri sendiri, pemikiran kita dimungkinkan. Pemikiran itu tidak lain daripada menaruh perhatian kepadaidea-idea itu.

Plato meneruskan usaha Socrates (menentukan hakekat atau esensi sesuatu) dengan melangkah lebih jauh lagi. Menurutnya, esensi itu mempunyai realitas, terlepas dari segala perbuatan konkrit. Idea keadilan, Idea keberanian, dan idea lain memang ada.

Menurut Plato, ada dua macam dunia, yaitu dunia ini yang mencakup benda-benda jasmani yang disajikan kepada pancaindera. Pada taraf ini, harus diakui bahwa semuanya tetap berada dalam perubahan. Dunia yang kedua yaitu dunia idea, dunia yang terdiri dari idea-idea, dimana tiada perubahan, tiada kejamakan (bahwa yang baik hanya satu, yang adil hanya satu) dan beraifat kekal.

Hubungan antara kedua dunia itu adalah bahwa idea-idea dari dunia atas itu hadir dalam benda yang konkrit (seperti idea manusia berada pada tiap manusia, dan seterusnya) dan bahwa sebaliknya benda-benda itu berpartisipasi dengan idea-ideanya, artinya mengambil bagian dari idea-ideanya.

Anggapan Plato tentang dua dunia menjuruskan juga pendiriannya tentang ’pengenalan’. Menurut Plato ada dua jenis pengenalan. Di satu pihak ada pengenalan tentang idea-idea. Itulah pengenalan dalam arti yang sebenarnya. Rasio adalah alat untuk mencapai pengenalan. Dan ilmu pengetahuan adalah lapangan istimewa dimana pengenalan itu dipraktekkan. Dengan menerima pengenalan yang bersifat teguh, jelas, dan tidak berubah, Plato serentak juga menolakrelativisme kaum Sofis. Bagi Protagoras dan pengikutnya manusia adalah ukuran dalam bidang pengenalan, sedangkan bagi Plato, ukuran itu adalah idea-idea.Berdasarkan idea-idea itu menjadi mungkin kebenaran yang mutlak.

Pengenalan yang kedua adalah pengenalan tentang benda-benda jasmani yang dicapai dengan pancaindera. Plato menamakannya ’doxa’ (opinion atau pendapat). Dengan demikian, Plato dapat mendamaikan ajaran Herakleitos dan Parmenides. Herakleitos berpendapat bahwa semuanya senantiasa dalam perubahan sedang pendapat Parmendeis yang berbanding terbalik dengan Heraklietos. 

Dalam Politeia, ia mengatakan bahwa antara idea-idea terdapat suatu orde atau hirarki. Seluruh hirarki itu memuncak dengan Idea ’yang baik’. Itulah idea tertinggi yang menyoroti semua idea lain.

2)                 Ajaran tentang Jiwa
Plato menganggap jiwa sebagai pusat atau intisari kepribadian manusia. Dalam anggapannya tentang jiwa, Plato tidak saja dipengaruhi oleh Socrates, tetapi juga oleh Orfisme dan mazhab Pythagorian. Plato berkeyakinan teguh bahwa jiwa manusia bersifat baka. Keyakinan ini bersangkut paut dengan ajarannya tentang idea-idea. Salah satu argumen penting adalah kesamaan yang terdapat antara jiwa dan idea-idea. Jiwa pun mempunyai sifat-sifat yang sama seperti terdapat pada idea-idea.

Jiwa dan tubuh dipandang sebagai dua kenyataan yang harus dibedakan dan dipisahkan. Jiwa berada sendiri. Bagiannya (atau fungsinya) ada tiga yaitu     :
·         Bagian rasional yang dihubungkan dengan kebijaksanaan
·         Bagian kehendak atau keberanian yang dihubungkan dengan kegagahan
·         Bagian keinginan atau nafsu yang dihubungkan dengan pengendalian diri

Disamping itu ada lagi keadilan yang tugasnya ialah keseimbangan antara ketiga bagian jiwa.

Dalam Timaios, Plato menghidangkan kosmologinya. Disini ia membandingkan jagad raya sebagai makrocosmos dan manusia sebagai microcosmos.Dengan itu ia mengambil alih suatu prinsip yang sudah tertanam kuat dalam tradisi Yunani sejak Anaximenes. Seperti manusia terdiri dari tubuh dan jiwa, demikianpun dunia merupakan suatu makhluk hidup yang terdiri dari tubuh dan jiwa. Jiwa dunia diciptakan terlebih dahulu daripada jiwa-jiwa manusia.

3)                 Ajaran Tentang Etika
Bagi Plato, tujuan hidup manusia ialah kehidupan yang senang dan bahagia. Manusia harus mengupayakan kesenangan dan kebahagiaan hidup itu. Menurutnya, kesenangan dan kebahagiaan hidup itu bukanlah pemuasan hawa nafsu selama hidup di dunia inderawi. Plato konsekuen dengan ajarannya tentang dua dunia. Karena itu, kesenangan dan kebahagiaan hidup haruslah dilihat dari hubungan kedua dunia itu.

Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya, dunia yang sesungguhnya bagi Plato ialah dunia ide. Sedangkan segala sesuatu yang ada di dunia inderawi hanyalah merupakan realitas bayangan. Selama manusia berada di dunia inderawi, ia senantiasa rindu untuk naik ke atas, ke dunia ide. Maka selama ia hidup, ia harus memiliki pengetahuan yang disempurnakan oleh pengertian yang seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya. Ia harus mengupayakan semaksimal mungkin untuk meraih pengetahuan yang benar, karena hanya orang yang memiliki pengetahuan yang benar yang disebut bijaksana dan berbudi baik. Pemahaman lewat pengetahuan yang benar itu akan menuntun mereka yang bijaksana dan berbudi baik sampai kepada pengenalan akan ide-ide yang merupakan kebenaran sejati. Mereka akan senantiasa berupaya untuk menghadirkan dunia ide dengan ide tertingginya yaitu ide kebaikan dan kebajikan di tengah-tengah dunia inderawi.

Dengan demikian jelas terlihat bahwa etika Plato adalah etika yang didasarkan pada pengetahuan, sedangkan pengetahuan hanya mungkin diraih dan dimiliki lewat dan oleh akal budi, maka itulah sebabnya etika Plato disebut dengan etika rasional.

4)                 Ajaran Tentang Negara
Filsafat Plato memuncak dalam uraian-uraiannya mengenai negara yang dilatar belakangi dari pengalaman yang pahit dalam politik Athena. Menurut Plato ada hubungan erat antara ajarannya tentang etika dan teorinya tentang negara. Hidup yang baik menuntut juga negara yang baik. 

Selain Politea dan Nomoi ada karya ketiga lagi, dimana Plato membicarakan persoalan-persoalan yang bertalian dengan negara. Yaitu dialog yang berjudul Politikos. Dialog ini terdiri dari sepuluh buku atau bagian. Pokok-pokok yang diselidiki di dalamnya adalah ’keadilan’.

Plato menunjukkan kecenderungan manusia sebagai makhluk sosial untuk memenuhi kebutuhannya sehingga diperlukan adanya ’spesialisasi’ (pembagian bidang masing-masing). Secara konsekuen Plato berpendirian juga bahwa hanya segolongan orang saja harus ditugaskan melakukan perang untuk keamanan.
Menurut Plato, negara yang ideal terdiri dari tiga golongan  :

1.                  Golongan pertama, penjaga-penjaga yang sebenarnya atau filsuf-filsuf.
2.                  Golongan kedua, pembantu-pembantu atau prajurit-prajurit, mereka ditugaskan menjamin keamanan negara dan mengawasi supaya warga negara tunduk pada filsuf-filsuf.
3.                  Golongan ketiga terdiri dari petani-petani dan tukang-tukang yang menanggung kehidupan ekonomis bagi seluruh polis.
Keadilan adalah keutamaan yang memungkinkan setiap golongan dan setiap warga negara untuk melaksanakan tugasnya masing-masing. Sebagaimana dalam jiwa, keadilan mengakibatkan bahwa ketiga bagian jiwa berfungsi dengan seimbang dan selaras.

Plato berpendapat bahwa dalam negara dimana terdapat Undang-Undang Dasar, bentuk negara yang paling baik adalah Monarki, bentuk negara yang kurang baik adalah aristokrasi, dan bentuk negara yang paling buruk adalah demokrasi. Tetapi jika tidak ada Undang-Undang dasar harus dikatakan sebaliknya. Maksudnya adalah bahwa dalam negara dimana tidak ada undang-undang, demokrasi itu dapat menghindarkan adanya kekuasaan negara yang disalah gunakan.

Plato merupakan salah satu tokoh filsafat (filsuf) yang sangat berpengaruh. Hasil pemikirannya memberi peran yang sangat besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan hingga sekarang. Ajaran-ajaran Plato antara lain mengenai idea, jiwa, etika, negara, dan lain-lain. Plato adalah murid Socrates dan juga guru dari Aristoteles yang mengajarkan tentang idea yang bersifat objektif, dimana idea kebaikan dan kebajikan adalah idea yang tertinggi.

Puncak karya filsafatnya adalah mengenai ajarannya tentang negara. Secara umum ajarannya tentang negara yang ideal terdiri dari tiga golongan yaitu      :
1.                  Golongan yang tertinggi, yang terdiri dari orang-orang yang memerintah yang disebut penjaga yang sebaiknya terdiri dari orang bijak (filsuf). Kebajikan golongan ini adalah kebijaksanaan.
2.                  Golongan pembantu, yaitu para prajurit yang bertujuan menjaga keamanan dan menjamin ketaatan warga negara untuk taat kepada para pemimpin (penjaga). Kebajikan mereka adalah keberanian.
3.                  Golongan terendah, yang terdiri dari rakyat biasa, para petani dan tukang serta para pedagang yang harus menanggung hidup ekonomi negara. Kebajikan mereka adalah pengendalian diri.

Mohammad Hatta mengatakan bahwa seorang filosof menulis tentang plato sebagai berikut, “plato pandai berbuat, ia dapat belajar seperti solon dan mengajar seperti Socrates. Ia pandai mendidik pemuda yang ingin belajar dan dapat memikat hati dan perhatian sahabat-sahabat pada dirinya. Murid-muridnya begitu sayang kepadanya seperti ia sayang kepadanya seperti ia sayang kepada mereka. Dia itu bagi mereka adalah sahabat, guru, dan penuntun. Plato tak pernah kawin dan tidak punya anak. Kemenakannya speusippos menggantikannya mengurus academia. Tulisan plato hampir rata-rata berbentuk dialog. Jumlahnya tidak kurang dari 34 buah. Belum lagi tulisan-tulisannya yang berupa surat dan puisi. Yang sukar ditentukan adalah waktu dikarangnya. Semua tulisannya dalam masa lebih dari setengah abad.

Mohammad hatta mengatakan bahwa ada dua pendapat yang terkemuka tentang cara memahamkan buah tangan plato yang sebanyak itu. Yang pertama cara metodik yang dikemukakan oleh FR. Schleier dalam kata pendahuluan bukunya, yang berisikan terjemahan dialog-dialog plato kedalam bahasa jerman (1804-1810 dan 1828). Yang kedua cara genetic, mengikuti perkembangan, yang dikemukakan oleh carl friendrich hermen dalam bukunya tentang sejarah dan system filosofi plato, terbit pada tahun 1839.

Schleiermacher mengatakan bahwa ketegasan plato tidak dapat diketahui dari tulisannya saja. Bagian yang terbesar dari pendapatnya dikemukakannya waktu mengajarkan filsafat. Suatu kenyataan yang tidak dapat dibantah ialah bahwa ajaran yang dibentangkannya kepada pembaca sudah dipahaminya secara mendalam. Jadi, cara dia mengajarkan itu berdasarkan atas suatu rencana metodik. Mula-mula disiapkannya pembacanya dengan pengetahuan elementer. Kemudian, diajaklah pembacanya memikirkan hal-hal itu seterusnya dengan jalan dialektik, sampai akhirnya pikirannya matang tentang masalah itu. Dalam tulisan-tulisannya yang konstruktif. 

Herman tidak begitu pendapatnya. Ia mengatakan bahwa dari tulisan-tulisan plato dapat diikuti perkembangan pemikirannya sendiri. Ia bermula dengan yang kecil dan maju sampai yang besar. Akan tetapi, betapapun berbeda pendirian tentang menangkap buah pikiran plato dan tentang menentukan urutan tulisan dialognya, segala yang ditulisnya itu dapat ditempatkan dalam empat masa dan tiap-tiap masa mempunyai karakteristik sendiri.

SUMBER

Rapar J. H. Filsafat Politik Plato
Salam Burhanuddin. Pengantar Filsafat. Jakarta: Bumi Aksara
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar