Sabtu, 10 Desember 2016

Hedonisme Dikalangan Mahasiswa

Maka timbullah pertanyaan tentang bagaimana sifat hedonisme ini bisa masuk dalam kehidupan mahasiswa. ? lalu seperti apakah penanganan yang tepat dalam menghadapi sifat hedonis ini dalam kalangan mahasiswa. ?
 
Mahasiswa adalah Iron Stock dimana mahasiswa itu di analogikan sebagai suatu asset masa depan yang kokoh yang nantinya bergerak kearah perubahan nyata dalam kehidupan bermasyarakat, karena sejatinya mahasiswa itu berasal dari masyarakat dan kembali kepada massa rakyat. Maka patutlah paradigma berfikir mahasiswa itu tidak bisa disamakan dengan manusia lainnya. Dalam paradigma sosial mahasiswa telah kita sama-sama ketahui bahwa mahasiswa itu memiliki kajian berfikir yang ilmiah, lalu bagaimanakah hedonisme itu sendiri dapat masuk di kalangan mahasiswa. ? menurut pendapat saya, hedonnisme itu dapat masuk di dalam kalangan mahasiswa karena faktor-faktor sebagai berikut:
1.    Faktor Gaya Hidup Mewah
Faktor ini timbul dikarenakan mahasiswa itu selalu ingin memenuhi kehidupan pribadinya dan cenderung tidak ingin di pandang rendah oleh orang sekitarnya. Faktor gaya hidup yang mewah ini pun melahirkan sifat egoisme di kalangan mahasiswa, dimana sifat egoisme ini merupakan pelengkap dari faham hedonisme.  Kenapa demikian. ? Karena faham hedonisme memandang bahwa kebahagiaan itu adalah segala-galanya dan tidak berfikir bagaimana caranya membahagiakan orang-orang yang kesusahan di sekitarnya.
2.    Faktor Afatis
Faktor afatis ini sebenarnya kebalikan dari aktivis, dimana faham aktivis lebih berfikir progressif serta kritis didalam menganalisis dan mengkaji realita-realita disekitarnya dengan analisis yang obyektif dan efisien. Sedangkan afatis lebih memandang realita-realita di sekitarnya tidak berarti apa-apa didalam kehidupannya dan membiarkan realita-realita tersebut berlalu begitu saja seperti angin yang meniup dedaunan dan terjatuh begitu saja, tanpa berfikir serta menganalisis dan mengkaji realita tersebut terlebih dahulu. Lalu apa kaitannya dengan faham hedonisme dikalangan mahasiswa. ? tentu ada kaitannya, karena afatis melahirkan sifat individualis yang berlebihan dari mahasiswa yang memandang segala sesuatu itu harus di telaah dengan perasaan terlebih dahulu. Apakah sesuatu itu dikatakan baik atau tidak oleh perasaan maka itu yang di percayai untuk di lakukan, sementara dalam paradigma mahasiswa menganalisis suatu masalah dengan perasaan pasti berbenturan dengan kondisi subjektif yang menghasilkan rasa malu, sungkan dan lain-lain, maka otomatis hasilnya akan selalu salah dengan realita yang sedang di hadapinya. Dengan begitu mahasiswa lebih memilih hal-hal yang tidak memberatkan fikiran serta daya analisis tinggi di dalam mengkaji realita-realita yang terjadi di sekitarnya dan lebih memilih have fun seperti santai ke pantai, dugem dan shopping sampai jalan-jalan malam yang sebenarnya tidak ada artinya jikalau itu hanya menguras goceng alias duit yang berlebihan.
3.    Faktor Perfectsionis
Faktor perfectsionis timbul karena adanya faktor gaya hidup mewah yang mengharuskan mahasiswa itu mengikuti style kehidupan modern saat ini, terlebih dengan kemajuan teknologi baru yang mau tidak mau mahasiswa itu bersaing didalam mendapatkan teknologi baru tersebut yang tujuannya hanya memuaskan kehidupan pribadi mahasiswa itu sendiri agar tidak di anggap remeh oleh orang disekitarnya, padahal menjadi mahasiswa itu tidak sekedar ngmpus dan hanya mendapatkan ilmu yang hanya sedikit saja tanpa didukung oleh ilmu lainnya di sekitar kampus seperti masuk organisasi. Kaitannya dengan hedonisme dalam kalangan mahasiswa, karena sifat perfectsionisme sangat dekat hubungannya dengan faham hedonisme itu sendiri. Terlebih faham hedonisme menganggap bahwa kebahagiaan itu lah tujuan hidupnya serta tolak ukur tindakan manusia maka secara tidak langsung menghasilkan sifat perfectsionis yang memandang bahwa kesempurnaan dalam segala hal itu adalah merupakan sebuah keharusan dalam hidupnya. Tanpa memandang bahwa orang sekitarnya yang lebih membutuhkan belaian kasih akan kehidupan yang bahagia juga sering kali di abaikan olehnya.
4.    Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan sangat menentukan keperibadian mahasiswa, karena lingkungan adalah tempat dimana mahasiswa bergaul dan berinteraksi dengan orang-orang sekitarnya. Lingkungan yang apatis akan memaksa mahasiswa menjadi manusia yang tidak mau tau akan realita-realita di sekitarnya alias cuek-cuek aja. Dan biasanya lingkungan mahasiswa yang apatis ini akan menjadi mahasiswa yang kupu-kupu (kuliah pulang - kuliah pulang). Kerjaannya Cuma kuliah dan kuliah lalu pulang begitu saja tanpa memikirkan bagaimana ia berinteraksi secara lebih dengan mahasiswa lain dan sangat tidak peduli akan organisasi-organisasi di dalam perkuliahan yang sejatinya mendewasakan fikirannya serta tindakannya di kemudian hari. Prilaku apatis seperti itu cenderung rentan diserang oleh hedonisme, karena faham hedonis yang sejatinya mengkuantitaskan kesenagan itu akan cenderung lupa bagaimana caranya berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya dan mudah terjebak oleh situasi dan kondisi dimana situasi tersebut diambil alih oleh perilaku hedonis dan melupakan analisis ilmiahnya sebagai mahasiswa yang menjadikannya dewasa dalam berfikir serta berperan sesuai dengan paradima mahasiswa itu sendiri.
5.    Faktor Gaya Hidup Bebas
Gaya hidup bebas mahasiswa sangat rentan diserang hedonisme, karena gaya hidup bebas sangat memperioritaskan kesenangan duniawi yang sebetulnya hanya sesaat dan tidak mempunyai makna yang signifikan kepada mahasiswa itu sendiri. Dalam tindakannya sehari-hari, gaya hidup bebas ini cenderung mengambil tindakan yang ringan-ringan serta tidak mau mengambil resiko yang terlau memberatkan fikirannya. Tindakan seperti itu sangat persis dengan tindakan faham hedonis yang memandang bahwa segala sesuatu itu tidak memberatkan jiwa dan raga dalam kehidupan sehari-hari. Pantaslah mahasiswa yang kehidupannya tertlalu bebas dan glamour itu lebih memilih posisi aman serta tidak mau memacu maneuver dia dalam tindakan-tindakannya yang membawa kebahagiaan bagi orang-orang di sekitarnya.
Selanjutnya langkah-langkah seperti apakah yang seharusnya ditempuh oleh mahasiswa dalam menghadapi faham hedonis yang sejatinya merusak paradigma berfikir mahasiswa dalam kehidupannya sebagai agen of change dan agen of control ditengah-tengah masyarakat kampus maupun di luar masyarakat kampus. ? berikut langkah-langkahnya yang menurut saya bisa mengurangi sifat hedonis dalam kalangan mahasiswa.
1)   Kritis Dalam Bertindak dan Bertinngkah Laku
Menjadi mahasiswa yang kritis dan peka terhadap lingkungan adalah bukan sebuah pilihan, melainkan sebuah keharusan. Karena dengan kita menjadi mahasiswa yang kritis kita mampu mengkaji serta mengambil tindakan yang tepat dan efisien dalam menghadapi masalah-masalah yang menghadapii kita. Dengan begitu paradigma berfikir mahasiswa akan menjadi sebuah praktek yang nyata dan bukan menjadi sebuah wacana belaka. Maka dengan begitu pula secara tidak langsung kita dapat memarginalkan hedonisme didalam kehidupan mahasiswa dan beralih kepada perilaku-perilaku yang positif serta dapat membantu sesama dengan keikhlasan dan keyakinan yang teguh akan perubahan.
2)   Menerapkan Gaya Hidup Sederhana
Menerapkan gaya hidup yang sederhana adalah salah satu pilihan alternative dalam membasmi hedonisme dikalangan mahasiswa, pasalnya dengan menerapkan gaya hidup yang sederhana, orientasinya lebih akurat serta tidak terlalu memberatkan fikiran serta terkesan lebih menarik dimata orang lain. Pola hidup sederhana juga memberi pengaruh yang signifikan terhadap pergaulan mahasiswa dengan mahasiswa lainnya, karena di pandang sangat supple dalam bergaul dan tidak memandang lawan bergaul dari segi apapun. Itulah alasan pola perilaku sederhana itu sangat berpengaruh terhadap penghapusan hedonisme dalam kalangan mahasiswa.
3)   Kontrol Pengeluaran Bahan Produksi
Pengeluaran bahan produksi disini maksudnya adalah modal yang berbentuk materil maupun non materil, bahan materil disini maksudnya seperti uang, sedangkan bahan produksi yang non materil itu berupa selain dari uang seperti tenaga dan alat transportasi. Lalu bagaimanakah cara kita mengontrol bahan produksi tersebut dalam kehidupan kita sehari-hari dalam masyarakat kampus maupun masyarkat di luar kehidupan kampus. ? Jawabannya ada pada paradigma berfikir mahasiswa itu sendiri. Disinilah praktek nyata dari acuan berfikir seorang mahasiswa itu dalam mengontrol segala yang menjadi perioritas utamanya. Maka secara tidak langsung sifat hedonisme itu dapat di cegah oleh mahasiswa itu dengan mengontrol dan memikirkan  secara ilmiah tentang segala resiko yang akan ddiambil kelaknya.
            Pada intinya pencegahan hedonisme dalam mahasiswa itu terletak padakeyakinan (trust) yang teguh serta praktek yang nyata dari mahasiswa itu sendiri. Itu lah beberapa cara yang mungkin dapat meminimalisir budaya hedonis itu timbul dalam dunia kemahasiwaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar