Sabtu, 24 Desember 2016

Mengenal Sang Filsuf Plato

Tokoh filsafat yunani kuno, plato, merupakan cikal bakal lahirnya para filosuf politik barat sekaligus dedengkot pemikiran etika dan metafisika yunani kuno. Pendapat-pendapatnya dalam bidang filsafat sudah terbaca secara luas selama lebih dari 2.300 tahun.

Plato lahir sekitar tahun 428 SM. Ia berasal dari keluarga terkemuka yang turun temurun memang jabatan politik penting di Athena. Ayahnya bernama Ariston dan ibunya bernama periktione. Setelah ayahnya meninggal, ibunya menikah lagi dengan pyrilampes yang tak lain adalah adik ayahnya. Pyrilampes adalah seorang politikus, sementara plato banyak bergaul dengan para politikus Athena. Sehingga, tak heran jika pemikiran plato banyak terpengaruh oleh pyrilampes. Selain itu, pemikiran plato juga banyak dipengaruhi oleh kratylos, seorang fisuf yang meneruskan ajaran Heraclitus, yang berpendapat bahwa dunia ini senantiasa berubah-ubah.

Dari pergaulannya dengan para politikus, plato akhirnya menelurkan sebuah pemikiran bahwa pemimpin sebuah Negara haruslah seorang filsuf. Hal ini ia lontarkan karena kekecewaannya atas kepemimpinan para politikus yang ada saat itu, terutama terkait dengan kasus kematian gurunya, Socrates, melalui keputusan persidangan. Tatkala Socrates berumur tujuh puluh tahun, ia diseret kepengadilan dengan tuduhan tak berdasar, yakni membuat onar dan merusak akhlak generasi muda Athena. Ia kemudian di kutuk dan dijatuhi hukuman mati atas tuduhan itu. Pelaksana hukuman mati terhadap Socrates tersebut membuat plato benci dengan pemerintahan demokratis.

Sepeninggal Socrates, plato pergi dari Athena dan  mengembara selama bertahun-tahun. Sekitar tahun 427 SM, ia kembali lagi ke Athena dan mendirikan sebuah akademi sebagai pusat penyelidikan ilmiah. Melalui akademi tersebut, ia berusaha merealisasikan cita-citanya, yaitu mencetak filsuf-filsuf yang siap menjadi pemimpin Negara. Dan, inilah yang menjadi awal mula munculnya universitas-universitas yang ada saat ini. Plato terus  mengepalai dan mengajar di akademi yang ia dirikan tersebut hingga akhir hayatnya, yaitu pada tahun 348 SM.

Dalam menelurkan karya-karya filsafatnya, plato menggunakan metode dialog. Ia percaya bahwa filsafat akan lebih baik dan teruji jika dilakukan melalui dialog. Karena itu, banyak karyanya yang ia sampaikan secara lisan di akademinya. Namun demikian, disatu sisi, ia masih mempercayai beberapa mitos untuk mengemukakan dugaan-dugaan tentang hal duniawi. Dan tentu saja pemikirannya banyak mempengaruhi oleh sang guru, Socrates.

Menurut plato, tanpa melalui pengalaman (pengamatan), apabila manusia sudah terlatih dalam hal intuisi, ia pasti sanggup menatap kedunia idea, sehingga kemudian memiliki sejumlah gagasan tentang semua hal, termasuk kebaikan, kebenaran, keadilan, dan sebagainya. Plato mengembangkan pendekatan yang bersifat rasional deduktif, sebagaimana mudah dijumpai dalam matematika. Problem filsafat yang digarap oleh plato adalah keterlemparan jiwa manusia kedalam penjara dunia indrawi, yaitu tubuh. Ini merupakan persoalan ada (being) dan mengada (menjadi, becoming).

Plato menulis tidak kurang dari tiga puluh enam buku yang kebanyakan menyangkut masalah politik, etika, metafisika, dan teologi. Karya plato yang paling terkenal tertulis dalam buku yang berjudul republic. Buku tersebut berisi gagasan plato tentang pemerintahan yang paling ideal. Menurut plato, pemerintahan yang baik seharusnya dipegang oleh aristocrat, yaituseorang pemimpin terbaik, terbijak, dan orang pilihan dari suatu Negara. Selain itu, pemilihan pemimpin sebaiknya tidak melalui pemungutan suara, tetapi melalui proses keputusan bersama yang ditetapkan oleh guardian, yakni kumpulan para penguasa dan pemimpin masyarakat. Plato juga mengajarkan bahwa semua orang, baik laki-laki maupun perempuan, seharusnya memiliki hak yang sama untuk menjadi pemimpin. Dengan demikian, plato adalah filsuf pertama yang mengusulkan persamaan kesempatan tanpa memandang jenis kelamin.

Demikianlah beberapa pemikiran plato yang cukup fenomenal pada zamannya dan masih terkenal hingga sekarang. Dengan pemikiran-pemikirannya itulah, plato digambarkan sebagai orng paling bijakyang pernah dilahirkan sejak era Pythagoras dan sebelumnya aristoteles dilahirkan. Setidaknya, itulah yang diyakini oleh orang-orang yang mengenal benar pikiran plato.

Karya - karya Plato

1.                  Otentisitas
Tentang karya-karya yang otentisitasnya masih merupakan objek diskusi, Taylor cenderung berfikir bahwa beberapa diantaranya dan barangkali semua betul-betul buah pena Plato. Tentang Hippias dan Menexinos misalnya kita mempunyai data-data yang menyatakan
Diskusi mengenai otentisitas ketiga belas surat yang dikenakan kepada Plato, tidak boleh diremehkan karena surat-surat itu merupakan dokumen-dokumen utama yang kita miliki mengenai riwayat hidup Plato. Dan justru surat-surat ini memuat informasi terbanyak mengenai Plato.
 
2.                  Kronologi

Bagaimana urutan kronologis karya-karya Plato? Mulai dari Friedrich S (1768-1834), banyak sarjana telah mengupayakan suatu pemecahan mengenai masalah kronologi ini. Berbagai metodetelah dicoba yang memberikan hasil-hasil yang berlainan. Pada pertengahan abad ke-19, sarjana Inggris L. Campbell mengusulkan suatu metode yang membawa hasil, metode ini disempurnakan lagi oleh beberapa sarjana Jerman dengan menyelidiki secara terperinci gaya bahasa Plato.

Beberapa data mengizinkan kita menarik kesimpulan tentang salah satu dialog, misalnya kita tahu bahwa Theaitetos harus ditempatkan tidak lama sesudah tahun 369. Dengan mempergunakan semua data itu, kita dapat membagikan dialog-dialog Plato atas tiga periode, yaitu: 

·         Apologia, Kriton, Eutyphron, Lakhes, Kharmides, Lysis, Hippias, Minor, Menon, Gorgias, Protagoras, Euthydemos, Kratylos, Phaidon, Symposion. (Beberapa ahli menyangka bahwa salah satu dari dialog ini sudah ditulis sebelum kematian Socrates, tetapi kebanyakan berfikir  bahwa dialog pertama tidak lama ditulis sesudah kematian Socrates).
·         Politea, Phaidros, Parmenides, Theaitetos. (ditulis tidak lama sebelum perjalanan kedua ke Sisilia pada tahun 367).
·         Sophistes, Politikos, Philebos, Timaios, Kritias, Nomoi. (dialog-dialog ini ditulis sesudah perjalanan ketiga ke Sisilia, ketika urusannya dengan kesulitan-kesulitan politik di Sisilia sudah selesai).

Dalam tahun-tahun terakhir ini karangan Plato juga diselidiki dengan menggunakan komputer. Terutama Prof. L. Brandwood dari University of Manchester (Inggris) sangat giat dalam bidang ini. Hasil definitif belum diketahui. Tetapi sudah nyata bahwa diskusi mengenai otentisistas Surat VII dihidupkan kembali berdasarkan penyelidikan baru ini.
 
Banyak sekali karyanya yang masih utuh lengkap. Pada umumnya tulisannya disusun dalam bentuk dialog. Barangkali karena pengaruh Socrates, yang kelihatannya memegang peranan penting dalam karya-karyanya. Begitu penting tempat yang diberikan kepada Socrates (sering dijadikan tokoh utama), sehingga karya-karya Plato itu dapat dipandang sebagai monumen bagi Socrates.

Dari segala karyanya dapat diketahui bahwa Plato kenal para filsuf yang mendahuluinya. Seperti Herakleitos, Pythagoras, para filsuf Elea, terlebih para kaum sofis.

Perbedaan antara Socrates dan Plato adalah bahwa Socrates mengusahakan adanya definisi tentang hal yang bersifat umum guna menentukan hakikat atau esensi segala sesuatu, karena ia tidak puas dengan mengetahui hanya tindakan-tindakan satu persatu saja. Sedang Plato meneruskan usaha itu secara lebih maju lagi dengan  mengemukakan bahwa hakekat atau esensi segala sesuatu bukan hanya sebutan saja, tetapi memiliki kenyataan, yang lepas dari pada sesuatu yang berada secara konkrit, yang disebut idea. Idea-idea itu nyata adanya, di dalam dunia idea.


SUMBER



Hadiwijono Harun. sari Sejarah Filsafat Barat 1. Yogyakarta: Kanisius
Murtiningsih Wahyu,. 2012. para filsuf dari plot sampai ibnu bajjah. Jogjakarta: IRCiSoD
Rapar J. H. Filsafat Politik Plato

Tidak ada komentar:

Posting Komentar