Jumat, 23 Desember 2016

Domain Epistomologi Pada Filsafat Ilmu



                  Epistomologi atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan , pengandaian-pengandaian, dan dasar-dasar nya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.
Pada abad ke-5 SM, muncul keraguan terhadap kemungkinan kemampuan manusia mengetahui realitas. Mereka adalah kaum sophis. Sikap kaum sophis yang skeptis inilah yang mengawali munculnya epistomologi.
                     Metode empiris yang telah dibuka oleh Aristoteles  mendapat sambutan yang  baik pada zaman Renaisans dengan tokoh utamanya Francis Bacon (1561–1626). Dua diantara karya-karyanya adalah The Advancement of Learning (1606) dan Novum Organum (Organum baru).
                     Filsafat Bacon mempunyai pean penting dalam indksi dan sistematisasi prosedur ilmiah menurut Russel, dasar filsafatnya sepenuhnya bersifat praktis, yaitu untuk memberi kekuasaan kepada manusia atas alam melalui penyelidikan ilmiah. Bacon melakukan ushanya dengan menegaskan tujuan pengetahuan. Menurutnya, pengetahuan tidak akan mengalami perkembangan dan tidak akan bermakna kecuali ia mempunyai kekuatan yang dapat membantu manusiameraih kehidupan yang lebih baik. “Knowledge is power, it is not opinion to be held , but a work to be done, I am laboring to lay the foundation not of any sectore of doctrine, but of utility and power”.

                  Sementara menurut Descrates (1596-1650 M), persoalan dasar dalam filsafat pengetahuan bukan bagaimana kita tahu, tetapi mengapa kita dapat membuat kekeliruan?
Prosedur yang disarankan  oleh Descrates untuk mencapai kepastian adalah keraguan metodis universal, keraguan ini bersifat universal karena direntang tanpa batas, atau sampai keraguan ini membatasi dirinya. Artinya usaha meragukan itu akan berhenti bila ada sesuatu yang tidak dapat diragukan lagi.
Pengetahuan yang diperoleh manusia melalui akal, indera dan lain-lain mempunyai metode tersendiri dalam teori pengetahuan, diantaranya adalah:

a.      Metode Induktif

                  Induksi yaitu suatu metode yang menyimpulkan pernyataan-pernyataan hasil observasi disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum. Suatu inferensi bsa disebut induktif bila bertolak dari pernyataan-pernyataan tunggal, seperti gambaran mengenai hasil pengamatan dan penelitian orang sampai padapernyataan-pernyataan universal.
                  David Hume (1711-1716), menurutnya penyataan yang berdasarkan observasi tunggal betapapun besar jumlahnya secara logis tak dapat menghasilkan suatu pernyataan umum yang tak terbatas.
Dalam induksi, setelah diperoleh pengethuan maka akan dipergunakan hal-hal lain, seperti ilmu mengajarkan kita bahwa logam dipanasi juga akan mengembang, bertolak  dari teori ini kita akan tahu bahwa ogam lain kalau dipanasi juga akan mengembang. Contoh tersebut menunjukan bahwa induksi tersebut memberikan suatu pengetahuan yang disebut juga dengan pengetahuan saintek.

b.      Metode Deduktif

                  Deduksi ialah suatu metode yang menyimpulkan bahwa data-data empiric diolah lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang runtut. Hal-hal yang harus ada dalam metode deduktif adalah adanya perbandingan logis  antara kesimpulan-kesimpulan itu sendiri. Hal ini bertujuan apakah teori tersebut mempunyai sifat empiris atau ilmiah.

c.       Metode Positivisme

                  Metode ini dikeluarkan oleh August Comte (1798-1857) metode ini berpangkal dari apa yang telah diketahui, yang factual, yang positif. Ia menyampingkan segala uraian/persoalan diluar yang ada sebagai fakta.  Apa yang diketahui secara positif adalah segala yang tampak dan segala gejala. Dengan demikian metode ini dalam bidang filsafat dan ilmu pengetahuan dibatasi kepada gejala-gejalan saja.
                   Menurut Comte perkembangan pemikiran manusia berlangsung dalam 3 tahap: teologis, metafisis, dan positif pada tahap teologis orang berkeyakinan bahwa dibalik segala sesuatu tersirat pernyataan kehendak khusus.
                  Pada tahap metafisik, kekuatan adikodrati itu diubah nenjadi kekuatan yang abstrak yang kemudian dipersatukan dalam pengertian yang bersifat umum yang disebut dengan asal dari segala gejala.
                  Dan tahap positif disini ialah menemukan hokum-hukum kesamaan dan urutan ang terdapat pada fakta-fakta denganpengamatan dan penggunaan akal.

d.      Metode Kontemplatif

                  Metode ini mengatakan adanya keterbatasan indera dan akal manusia untuk memperoleh pengetahuan, sehingga objek yang dihasilkn pun akan berbeda-beda seharusnya dikembangkan suatu kemapuan akal yang disebut dengan intuisi.
                         Intuisi atau tasawuf disebut dengan ma’rifah yaitu pengetahuan yang dating dari Tuhan melalui pencerahan dan penyinaran. Menurut Al-Ghazali pengetahuan yangdiperoleh melalui intuisiini adalah pengetahuan yang paling benar yang bersifat individual.

e.       Metode Dialektis

                  Dalam filsafat, dialektik mula-mula berarti metode tanya jawab untuk ntuk mencapai kejernihan filsafat. Metode ini diajarkan oleh Socrates, namun Plato mengartikanya diskusi logika. Kini dialektika berarti tahap lgika yang engajarkan kaidah-kaidah dan metode-meode penuturan, juga analisis sistematik terhadap ide-ide. Dalam teori pengetahuan ini merupakan bentuk pemikiran yang tersusun dari satu pikiran yang seperti dalam percakapan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar