Selasa, 25 Oktober 2016

Model Pembelajaran Terpadu



Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi peserta didik dengan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Guru perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai strategi pembelajaran yang meliputi pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran secara spesifik. Penguasaan model pembelajaran akan mempengaruhi keberhasilan peserta didik dalam pembelajaran. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif , menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. (Peraturan Pemerintah No.19/2005 pasal 19)
Menurut Aunurrahman (2009: 146), “model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk tujuan belajar tertentu”. Aunurrahman (2009: 146) juga berpendapat bahwa “model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran”.
Brady (dalam Aunurrahman, 2009: 146) mengemukakan bahwa “model pembelajaran dapat diartikan sebagai blueprint yang dapat dipergunakan untuk membimbing guru di dalam mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran”.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, model pembelajaran merupakan unsur yang penting untuk menjalankan kegiatan belajar siswa di sekolah. Karena dengan model pembelajaran yang baik, guru akan mudah untuk mengajar dan terjadi proses belajar pada diri siswa.
a.      Beberapa Model Pembelajaran
Menurut Resmini dkk (2006: 66) mengemukakan “terdapat 10 (sepuluh) model pembelajaran terpadu, yakni:  (1) fragmented, (2) connected, (3) nested, (4) sequenced, (5) shared, (6) webbed, (7) treated, (8) integrated, (9) Immersed, dan (10) network”. Adapun macamnya diantaranya.

1.     Model Fragmented 
Model Fragmented adalah model pembelajaran konvensional yang terpisah secara mata pelajaran. Tidak ada pengkaitan konsep-konsep dari beberapa ranah disiplin ilmu yang berbeda. Setiap mata pelajaran dapat diajarkan oleh guru yang berbeda dan ruang yang berbeda.  Setiap mata pelajaran berlangsung terpisah dengan pengorganisasian dan cara mengajar yang berbeda dari setiap guru. 
Kelemahan model ini yakni keterhubungan tidak jelas, sehingga siswa tidak dapat mengintegrasikan konsep-konsep yang sama, keterampilan serta sikap yang ada kaitannya satu dengan yang lainnya.
Keunggulan model ini adalah karena pemaduannya hanya terbatas pada satu mata pelajaran, maka guru dapat menyiapkan bahan ajar sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing dan dapat menentukan dengan mudah bahasan yang diprioritaskan dalam pengajarannya.

2.     Model Connected
Model Connected adalah model pembelajaran yang menghubungkan satu konsep dengan konsep yang lain, satu topik dengan topik yang lain, satu keterampilan dengan keterampilan yang lain, satu tugas dengan tugas lainnya yang terdapat dalam satu ranah disiplin ilmu yang sama.
Keunggulan model ini adalah konsep-konsep utama saling terhubung sehingga siswa dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas dan luas dari konsep yang dijelaskan. Siswa juga diberi kesempatan untuk mengulang (review) sehingga terjadi pedalaman, tinjauan, perbaikan dan mengasimilasi gagasan secara bertahap. Kelemahan model ini adalah disiplin-disiplin ilmu nampak terpisah dan tidak berkaitan meskipun hubungan dibuat secara eksplisit. 

3.   Model Nested (sarang)
Model Nested merupakan pemaduan berbagai bentuk penguasaan konsep dan keterampilan yang dikaitkan dengan keterampilan berfikir dan keterampilan mengorganisasi. Dimana terjadi pemaduan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik serta memadukan keterampilan proses, sikap dan komunikasi dalam satu mata pelajaran saja. Model ini dapat mengintegrasikan konsep-konsep dan sikap melalui aktivitas yang telah terstruktur dengan cara menggabungkan atau merangkaikan kemampuan-kemampuan tertentu pada ketiga cakupan tersebut.
Keunggulan model ini adalah kemampuan siswa lebih diperkaya lagi karena selain memperdalam materi siswa juga diajak untuk mengasah  keterampilan seperti berpikir dan mengorganisasi. 
Kelemahan model ini adalah dalam hal perencanaan, jika dilakukan secara tergesa-gesa dan kurang cermat maka penggabungan beberapa materi dan aspek keterampilan dapat mengacaukan pola pikir siswa. Siswa akan merasa kebingungan mengenai konsep-konsep utama dari suatu kegitan pembelajaran. Contohnya tujuan utama pengajaran adalah penekanan terhadap materi, tetapi akhirnya bergeser pada keterampilan.

4.   Model Sequenced (urutan/tahapan)
Model Sequenced adalah model pembelajaran yang memadukan dua bidang studi yang memiliki keterkaitan atau kesamaan topik. Misalnya dua mata pelajaran yang berhubungan diurutkan sehingga materi pelajaran dari keduanya dapat diajarkan secara paralel. Dengan mengurutkan urutan topik-topik yang diajarkan, tiap kegiatan akan dapat saling mengutamakan karena tiap subjek saling mendukung.
Keunggulan model ini adalah dalam penyusunan urutan topik, guru memiliki keleluasaan untuk menentukan sendiri berdasarkan prioritas dan tidak dibatasi oleh apa yang sudah tercantum dalam kurikulum. Sedangkan dari sudut pandang siswa, pengurutan topic yang berhubungan dari disiplin yang berbeda akan membantu mereka untuk memahami isi dari mata pelajaran tersebut.
Kelemahan model ini adalah diperlukannya kolaborasi dari dua bidang studi yang terus-menerus dan tidak kaku. Dalam model ini guru hanya mempunyai sedikit kebebasan untuk merangcang kurikulum.

  1. Model Shared (Irisan)
Model shared adalah model pembelajaran terpadu yang menggabungkan dua mata pelajaran atau lebih yang memiliki ketimpangtindihan konsep sehingga dapat saling melengkapi. Penggabungan antara konsep pelajaran, keterampilan dan sikap yang saling tumpang tindih antara satu mata pelajaran dengan yang lainnya didasarkan pada satu tema. Tema tersebut dapat mewadahi dua mata pelajaran, aspek konsep, keterampilan dan sikap menjadi kesatuan yang utuh dan saling melengkapi.
Keunggulan model ini adalah dalam hal mentransfer konsep secara lebih dalam, siswa menjadi lebih mudah melakukannya. Misalnya dengan alat bantu media film untuk menanamkan konsep dari dua mata pelajaran dalam waktu yang bersamaan.
Kelemahan model ini adalah untuk menyusun rencana model pembelajaran ini diperlukan kerjasama guru dari mata pelajaran yang berbeda, sehingga perlu waktu ekstra untuk mendiskusikannya.

  1. Model Webbed (jaring laba-laba)
Model webbed adalah model pembelajaran terpadu yang bertolak dari  pendekatan tematik. Dalam pengembangannya dimulai dengan menentukan tema, kemudian dikembangkan menjadi subtema dengan memperlihatkan keterkaitan dengan bidang studi lain. Setelah itu ditentukan berbagai kegiatan pembelajaran yang dapat mendukung terhadap tema.
Keunggulan model ini adalah pemilihan tema yang didasarkan pada minat siswa sehingga dapat meningkatkan motivasi siswa. Siswa dapat melihat keterhubungan antar berbagai gagasan. Kelemahan model ini adalah tema yang digunakan harus dipilih secara selektif dan sesuai dengan konten pembelajaran. Jangan sampai terjadi kesalahan dalam pemilihan tema. Seringkali materi atau konsep terabaikan karena guru hanya terfokus pada kegiatan pembelajaran.

  1. Model Threated (dalam satu alur)
Model Threaded adalah model pembelajaran yang memfokuskan pada metakurikulum yang berpotongan dengan inti materi. Keterampilan-keterampilan yang digunakan dalam model ini merupakan dasar yang saling berkaitan dan disesuaikan dengan perkembangan atau pengetahuan siswa.
Keunggulan model ini adalah konsep berputar sekitar metakurikulum yang menekankan pada perilaku metakognitif. Materi untuk tiap mata pelajaran tetap murni sehingga siswa yang mempunyai tingkat pemikiran superor dapat mentransfer pada keterampilan hidup. 
Kelemahan model ini adalah siswa kurang dapat memahami keterkaitan konten antara mata pelajaran satu dengan yang lainnya dikarenakan isi  materi pelajaran dengan yang lainnya tidak terlalu diperlihatkan. Akibatnya guru harus menguasai dan memahami keterampilan dan strategi yang akan digunakan.


  1. Model Integrated (keterpaduan)
Model integrated adalah model pembelajaran terpadu yang memadukan sejumlah topik, konsep, keterampilan dan sikap dari berbagai mata pelajaran yang saling tumpang tindih. Topik, konsep, keterampilan dan sikap tersebut selanjutnya dikaitkan dalam satu tema yang mencakup berbagai mata pelajaran.
Keunggulan model ini adalah dapat memperluas wawasan dan mengembang kreatifitas guru dalam menciptakan suatu kegiatan pembelajaran sehingga siswa ikut termotivasi. Kelemahan model ini adalah guru seringkali merasa kesulitan dalam mencari tema, keterkaitan antar mata pelajaran, serta menentukan jenis keterampilan yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Dalam pengembangan model ini diperlukan guru yang terampil, percaya diri dan menguasai konsep, sikap dan keterampilan yang sangat diprioritaskan. 

  1. Model Immersed 
Model immersed adalah model pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran dalam satu subjek. Keunggulan model ini adalah setiap siswa mempunyai ketertarikan mata pelajaran yang berbeda, dengan begitu siswa dapat saling bertukar pengalaman dan berbagi informasi. Secara tidak langsung siswa akan terpacu untuk menghubungkan mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya.
Model ini dapat melatih kreatifitas berfikir siswa. Kelemahan model ini adalah siswa yang termasuk kelompok asor dan tidak senang membaca akan mengalami kesulitan, sehingga guru harus sekreatif mungkin agar siswa dapat termotivasi.

  1. Model Network (jaringan)
Model networked adalah model pembelajaran terpadu yang mengandaikan kemungkinan pengubahan konsepsi, bentuk pemecahan masalah, maupun tuntutan bentuk keterampilan baru setelah siswa mengadakan studi lapangan dalam situasi, kondisi, maupun konteks yang berbeda-beda. Proses belajar  berlangsung secara terus-menerus dikarenakan  adanya hubungan timbal balik antara pemahaman dan kenyataan yang dihadapi siswa.
Keunggulan model ini adalah ketika proses pembelajaran berlangsung, maka secara tidak sengaja dapat membuat siswa untuk terfokus terhadap satu atau dua pelajaran secara lebih mendalam.
Kelemahan model ini adalah kemungkinan motivasi siswa akan berubah atau terpecah terhadap materi pelajaran sehingga dapat menghambat siswa dalam mencari sumber belajar.

SUMBER

Ruhimat, Toto, dkk. Kurikulum dan Pembelajaran. 2011. Rajagrafindo: Jakarta.
 

Minggu, 23 Oktober 2016

Mengenal Kurikulum: Dimensi dan Konsep Kurikulum



A. Dimensi Kurikulum

Pada saat ini, pengertian kurikulum memiliki empat dimensi, di mana satu dimensi dengan dimensi yang lainnya berhubungan (Hamid Hasan, 1998). Keempat dimensi kurikulum tersebut adalah:
1.      Pengertian kurikulum dihubungkan dengan dimensi ide
Kurikulum itu adalah sekumpulan ide yang akan dijadikan pedoman dalam pengembangan kurikulum selanjutnya. Toto Ruhimat dkk (Donald E. Orlosky and B. Othanel Smith, 1978 ) mengemukakan “…curriculum is the substance of the school program. It is the content pupils are expected to learn”.
2.      Pengertian kurikulum dikaitkan dengan dimensi rencana
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan cara mengadministrasikan tujuan, isi, dan bahan pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu . pengertian-pengertian yang berkaitan dengan dimensi ini, di antaranya: Toto Ruhimat (Hilda Taba, 1962) mengemukakan“….A curriculum is a plan for learning; therefore,what is know about the learning process and the development of the individual has bearing on the shaping of curriculum”
3.      Pengertian kurikulum dikaitkan dengan dimensi aktivitas
kurikulum merupakan segala aktivitas dari guru dan siswa dalam proses pembelajaran di sekolah. pengertian-pengertian yang berkaitan dengan dimensi ini, di antaranya: Toto Ruhimat dkk ( Harold Albertty, 1953) mengemukakan “ All of the activities that are provide for studens by the school constitutes its curriculum” .
4.      Pengertian kurikilum berkaitan dengan dimensi hasil
Kurikulum dipandang dari segi hasil yang akan dicapai oleh siswa sesuai dengan apa yang telah direncanakan dan yang menjadi tujuan dari kurikulum tersebut. pengertian-pengertian yang berkaitan dengan dimensi ini, diantaranya: Toto Ruhimat dkk (Hilda Taba dalam Nasution, Azas-azas kurikulum) mengemukakan “ Segala usaha yang dilakukan oleh sekolah untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam situasi di dalam ataupun di luar sekolah”. ( Hilda Taba dalam nasution, Azas-azas kurikulum).
 

B. Konsep Kurikulum

Ada tiga konsep tentang kurikulum, kurikulum sebagai substansi, sebagai sistem, dan sebagai bidang studi.
1.      Konsep pertama, kurikulum sebagai suatu substansi:
Suatu kurikulum, dipandang orang sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi murid-murid di sekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum juga dapat menunjuk kepada suatu dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-mengajar, jadwal, dan evaluasi. Suatu kurikulum juga dapat digambarkan sebagai dokumen tertulis sebagai hasil persetujuan bersama antara para penyusun kurikulum dan pemegang kebijaksanaan pendidikan dengan masyarakat. Suatu kurikulum juga dapat mencakup lingkup tertentu, suatu sekolah, suatu kabupaten, propinsi, ataupun seluruh negara.
2.       Konsep kedua, adalah kurikulum sebagai suatu sistem:
Yaitu sistem kurikulum. Sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem persekolahan, sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem kurikulum mencakup struktur personalia, dan prosedur kerja bagaimana cara me­nyusun suatu kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan menyem­purnakannya. Hasil dari suatu sistem kurikulum adalah tersusunnya suatu kurikulum, dan fungsi dari sistem kurikulum adalah bagaimana memelihara kurikulum agar tetap dinamis.
3.       Konsep ketiga, kurikulum sebagai suatu bidang studi:
Yaitu bidang studi kurikulum. Ini merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli pendidikan dan pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum. Mereka yang mendalami bidang kurikulum mempelajari konsep-konsep dasar tentang kurikulum. Melalui studi kepustakaan dan berbagai kegiatan penelitian dan percobaan, mereka menemukan hal-hal baru yang dapat memperkaya dan memperkuat bidang studi kurikulum.

Sumber
Atikah, Cucu. (2016). Kurikulum dan Pembelajaran. Serang.
Hamalik, Oemar. (1990). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung.
Hamalik, Oemar. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sanjaya, Wina. (2010). Kurikulum dan Pemebelajaran. Jakarta: Kencana.
Sukmadinata, N. S. (2012). Pengembangaan Kurikulum, Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.