Epistomologi
atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan
lingkup pengetahuan , pengandaian-pengandaian, dan dasar-dasar nya serta
pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.
Pada abad ke-5 SM, muncul keraguan
terhadap kemungkinan kemampuan manusia mengetahui realitas. Mereka adalah kaum
sophis. Sikap kaum sophis yang skeptis inilah yang mengawali munculnya
epistomologi.
Metode empiris yang telah dibuka
oleh Aristoteles mendapat sambutan
yang baik pada zaman Renaisans dengan
tokoh utamanya Francis Bacon (1561–1626). Dua diantara karya-karyanya adalah
The Advancement of Learning (1606) dan Novum Organum (Organum baru).
Filsafat Bacon mempunyai pean
penting dalam indksi dan sistematisasi prosedur ilmiah menurut Russel, dasar
filsafatnya sepenuhnya bersifat praktis, yaitu untuk memberi kekuasaan kepada
manusia atas alam melalui penyelidikan ilmiah. Bacon melakukan ushanya dengan
menegaskan tujuan pengetahuan. Menurutnya, pengetahuan tidak akan mengalami
perkembangan dan tidak akan bermakna kecuali ia mempunyai kekuatan yang dapat
membantu manusiameraih kehidupan yang lebih baik. “Knowledge is power, it is
not opinion to be held , but a work to be done, I am laboring to lay the
foundation not of any sectore of doctrine, but of utility and power”.
Sementara
menurut Descrates (1596-1650 M), persoalan dasar dalam filsafat pengetahuan
bukan bagaimana kita tahu, tetapi mengapa kita dapat membuat kekeliruan?
Prosedur yang disarankan oleh Descrates untuk mencapai kepastian
adalah keraguan metodis universal, keraguan ini bersifat universal karena
direntang tanpa batas, atau sampai keraguan ini membatasi dirinya. Artinya
usaha meragukan itu akan berhenti bila ada sesuatu yang tidak dapat diragukan
lagi.
Pengetahuan yang diperoleh manusia
melalui akal, indera dan lain-lain mempunyai metode tersendiri dalam teori pengetahuan,
diantaranya adalah:
a.
Metode Induktif
Induksi
yaitu suatu metode yang menyimpulkan pernyataan-pernyataan hasil observasi
disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum. Suatu inferensi bsa disebut
induktif bila bertolak dari pernyataan-pernyataan tunggal, seperti gambaran
mengenai hasil pengamatan dan penelitian orang sampai padapernyataan-pernyataan
universal.
David
Hume (1711-1716), menurutnya penyataan yang berdasarkan observasi tunggal
betapapun besar jumlahnya secara logis tak dapat menghasilkan suatu pernyataan
umum yang tak terbatas.
Dalam induksi, setelah diperoleh
pengethuan maka akan dipergunakan hal-hal lain, seperti ilmu mengajarkan kita
bahwa logam dipanasi juga akan mengembang, bertolak dari teori ini kita akan tahu bahwa ogam lain
kalau dipanasi juga akan mengembang. Contoh tersebut menunjukan bahwa induksi
tersebut memberikan suatu pengetahuan yang disebut juga dengan pengetahuan
saintek.
b.
Metode Deduktif
Deduksi
ialah suatu metode yang menyimpulkan bahwa data-data empiric diolah lebih
lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang runtut. Hal-hal yang harus ada dalam
metode deduktif adalah adanya perbandingan logis antara kesimpulan-kesimpulan itu sendiri. Hal
ini bertujuan apakah teori tersebut mempunyai sifat empiris atau ilmiah.
c. Metode
Positivisme
Metode
ini dikeluarkan oleh August Comte (1798-1857) metode ini berpangkal dari apa
yang telah diketahui, yang factual, yang positif. Ia menyampingkan segala
uraian/persoalan diluar yang ada sebagai fakta.
Apa yang diketahui secara positif adalah segala yang tampak dan segala
gejala. Dengan demikian metode ini dalam bidang filsafat dan ilmu pengetahuan
dibatasi kepada gejala-gejalan saja.
Menurut
Comte perkembangan pemikiran manusia berlangsung dalam 3 tahap: teologis,
metafisis, dan positif pada tahap teologis orang berkeyakinan bahwa dibalik
segala sesuatu tersirat pernyataan kehendak khusus.
Pada
tahap metafisik, kekuatan adikodrati itu diubah nenjadi kekuatan yang abstrak
yang kemudian dipersatukan dalam pengertian yang bersifat umum yang disebut
dengan asal dari segala gejala.
Dan
tahap positif disini ialah menemukan hokum-hukum kesamaan dan urutan ang
terdapat pada fakta-fakta denganpengamatan dan penggunaan akal.
d.
Metode Kontemplatif
Metode
ini mengatakan adanya keterbatasan indera dan akal manusia untuk memperoleh
pengetahuan, sehingga objek yang dihasilkn pun akan berbeda-beda seharusnya
dikembangkan suatu kemapuan akal yang disebut dengan intuisi.
Intuisi atau tasawuf disebut dengan
ma’rifah yaitu pengetahuan yang dating dari Tuhan melalui pencerahan dan
penyinaran. Menurut Al-Ghazali pengetahuan
yangdiperoleh melalui intuisiini adalah pengetahuan yang paling benar yang
bersifat individual.
e.
Metode Dialektis
Dalam
filsafat, dialektik mula-mula berarti metode tanya jawab untuk ntuk mencapai
kejernihan filsafat. Metode ini diajarkan oleh Socrates, namun Plato
mengartikanya diskusi logika. Kini dialektika berarti tahap lgika yang
engajarkan kaidah-kaidah dan metode-meode penuturan, juga analisis sistematik
terhadap ide-ide. Dalam teori pengetahuan ini
merupakan bentuk pemikiran yang tersusun dari satu pikiran yang seperti dalam
percakapan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar