Kata Positivisme merupakan turunan dari
kata positive. John M. Echols mengartikan positive dengan beberapa kata yaitu
positif (lawan dari negatif), tegas, pasti, meyankinkan. Dalam filsafat,
positivisme berarti suatu aliran filsafat yang berpangkal pada sesuatu yang
pasti, faktual, nyata, dari apa yang diketahui dan berdasarkan data empiris.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, positivisme berarti aliran filsafat
yang beranggapan bahwa pengetahuan itu semata-mata berdasarkan pengalaman dan
ilmu yang pasti. Sesuatu yang maya dan tidak jelas dikesampingkan, sehingga
aliran ini menolak sesuatu seperti metafisik dan ilmu gaib dan tidak mengenal
adanya spekulasi. Aliran ini berpandangan bahwa manusia tidak pernah mengetahui
lebih dari fakta-fakta, atau apa yang nampak, manusia tidak pernah mengetahui
sesuatu dibalik fakta-fakta
.
Ajaran positivisme muncul pada abad 19 dan termasuk jenis filsafat abad modern. Kelahirannya hampir bersamaan dengan empirisme. Kesamaan diantara keduanya antara lain bahwa keduanya mengutamakan pengalaman. Perbedaannya, positivisme hanya membatasi diri pada pengalaman-pengalaman yang objektif, sedangkan empirisme menerima juga pengalaman-pengalaman batiniah atau pengalaman yang subjektif. Tokoh terpenting dari aliran positivisme adalah August Comte (1798-1857), John Stuart Mill (1806-1873), dan Herbert Spencer (1820-1903).
Ajaran positivisme muncul pada abad 19 dan termasuk jenis filsafat abad modern. Kelahirannya hampir bersamaan dengan empirisme. Kesamaan diantara keduanya antara lain bahwa keduanya mengutamakan pengalaman. Perbedaannya, positivisme hanya membatasi diri pada pengalaman-pengalaman yang objektif, sedangkan empirisme menerima juga pengalaman-pengalaman batiniah atau pengalaman yang subjektif. Tokoh terpenting dari aliran positivisme adalah August Comte (1798-1857), John Stuart Mill (1806-1873), dan Herbert Spencer (1820-1903).
Dalam perkembangannya aliran ini
diletakkan dalam hubungan statika dan dinamika, dimana statika yang dimaksud
adalah kaitan organis antara gejala-gejala, sedangkan dinamika adalah urutan
gejala-gejala. Bagi Comte untuk menciptakan masyarakat yang adil, diperlukan
metode positif yang kepastiannya tidak dapat digugat. Metode positif ini
mempunyai 4 ciri, yaitu:
1. Metode ini diarahkan pada
fakta-fakta
2. Metode ini diarahkan pada perbaikan
terus meneurs dari syarat-syarat hidup
3. Metode ini berusaha ke arah
kepastian
4. Metode ini berusaha ke arah
kecermatan.
Filsafat positivisme terhadap pendidikan Indonesia
Bila dikaitkan dengan pendidikan maka
salah satu tujuan pendidikan bangsa Indonesia yaitu membentuk manusia
seutuhnya, dan yang dimaksud dengan manusia yang utuh adalah tidak hanya cerdas
dari segi kognitif saja melainkan juga cerdas secara emosi dan cerdas
spiritual. Manusia yang diharapkan dalam system pendidikan Indonesia ialah yang
mampu berolah pikir, berolah raga, dan berolah rasa.
Filsafat Positivisme mengarahkan agar
pendidikan ini mengarah kepada hal yang baik, baik dari segi intlektual dan
memiliki daya analisis dari sesuatu, contoh ketika dalam sebuah materi
pelajaran menjelaskan terjadinya hujan maka akan menuntut siswa untuk berpikir
kenapa hujan itu terjadi pasti ada sebab atau bukti kenapa hujan itu terjadi,
sehingga dari hal ini akan mewujudkan generasi kreatif yang dapat berkontribusi
dalam pembangunan bangsa agar menjadi lebih baik dan berdaya saing.
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Filsafat positivisme merupakan filsafat
dimana menekankan hal-hal yang berfokus kepada data yang empiris, sehingga
apabila menyatakan sesuatu atau ilmu pelajaran harus disesuaikan dengan fakta
yang sebenar-benarnya terjadi. Dalam kaitannya filsafat positivisme pada
pendidikan di Indonesia mengarahkan kepada hal yang baik, baik dari segi
intlektual dan memiliki daya analisis dari sesuatu, contoh ketika dalam sebuah
materi pelajaran menjelaskan terjadinya hujan maka akan menuntut siswa untuk
berpikir kenapa hujan itu terjadi pasti ada sebab atau bukti kenapa hujan itu
terjadi, sehingga dari hal ini akan mewujudkan generasi kreatif yang dapat
berkontribusi dalam pembangunan bangsa agar menjadi lebih baik dan berdaya
saing.
Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani, 2008. Filsafat Umum. Pustaka Setia, Bandung
Suparlan Suharsono. 2009. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta : AR-RUZZ MEDIA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar