Maka
timbullah pertanyaan tentang bagaimana sifat hedonisme ini bisa masuk
dalam kehidupan mahasiswa. ? lalu seperti apakah penanganan yang tepat
dalam menghadapi sifat hedonis ini dalam kalangan mahasiswa. ?
Mahasiswa adalah Iron Stock dimana mahasiswa itu di analogikan sebagai suatu asset masa depan yang kokoh yang
nantinya bergerak kearah perubahan nyata dalam kehidupan bermasyarakat,
karena sejatinya mahasiswa itu berasal dari masyarakat dan kembali
kepada massa rakyat. Maka patutlah paradigma berfikir mahasiswa itu
tidak bisa disamakan dengan manusia lainnya. Dalam paradigma sosial
mahasiswa telah kita sama-sama ketahui bahwa mahasiswa itu memiliki
kajian berfikir yang ilmiah, lalu bagaimanakah hedonisme itu sendiri
dapat masuk di kalangan mahasiswa. ? menurut pendapat saya, hedonnisme
itu dapat masuk di dalam kalangan mahasiswa karena faktor-faktor sebagai
berikut:
1. Faktor Gaya Hidup Mewah
Faktor
ini timbul dikarenakan mahasiswa itu selalu ingin memenuhi kehidupan
pribadinya dan cenderung tidak ingin di pandang rendah oleh orang
sekitarnya. Faktor gaya hidup yang mewah ini pun melahirkan sifat
egoisme di kalangan mahasiswa, dimana sifat egoisme ini merupakan
pelengkap dari faham hedonisme. Kenapa
demikian. ? Karena faham hedonisme memandang bahwa kebahagiaan itu
adalah segala-galanya dan tidak berfikir bagaimana caranya membahagiakan
orang-orang yang kesusahan di sekitarnya.
2. Faktor Afatis
Faktor
afatis ini sebenarnya kebalikan dari aktivis, dimana faham aktivis
lebih berfikir progressif serta kritis didalam menganalisis dan mengkaji
realita-realita disekitarnya dengan analisis yang obyektif dan efisien.
Sedangkan afatis lebih memandang realita-realita di sekitarnya tidak
berarti apa-apa didalam kehidupannya dan membiarkan realita-realita
tersebut berlalu begitu saja seperti angin yang meniup dedaunan dan
terjatuh begitu saja, tanpa berfikir serta menganalisis dan mengkaji
realita tersebut terlebih dahulu. Lalu apa kaitannya dengan faham
hedonisme dikalangan mahasiswa. ? tentu ada kaitannya, karena afatis
melahirkan sifat individualis yang berlebihan dari mahasiswa yang
memandang segala sesuatu itu harus di telaah dengan perasaan terlebih
dahulu. Apakah sesuatu itu dikatakan baik atau tidak oleh perasaan maka
itu yang di percayai untuk di lakukan, sementara dalam paradigma
mahasiswa menganalisis suatu masalah dengan perasaan pasti berbenturan
dengan kondisi subjektif yang menghasilkan rasa malu, sungkan dan
lain-lain, maka otomatis hasilnya akan selalu salah dengan realita yang
sedang di hadapinya. Dengan begitu mahasiswa lebih memilih hal-hal yang
tidak memberatkan fikiran serta daya analisis tinggi di dalam mengkaji
realita-realita yang terjadi di sekitarnya dan lebih memilih have fun seperti
santai ke pantai, dugem dan shopping sampai jalan-jalan malam yang
sebenarnya tidak ada artinya jikalau itu hanya menguras goceng alias
duit yang berlebihan.
3. Faktor Perfectsionis
Faktor
perfectsionis timbul karena adanya faktor gaya hidup mewah yang
mengharuskan mahasiswa itu mengikuti style kehidupan modern saat ini,
terlebih dengan kemajuan teknologi baru yang mau tidak mau mahasiswa itu
bersaing didalam mendapatkan teknologi baru tersebut yang tujuannya
hanya memuaskan kehidupan pribadi mahasiswa itu sendiri agar tidak di
anggap remeh oleh orang disekitarnya, padahal menjadi mahasiswa itu
tidak sekedar ngmpus dan hanya mendapatkan ilmu yang hanya sedikit saja
tanpa didukung oleh ilmu lainnya di sekitar kampus seperti masuk
organisasi. Kaitannya dengan hedonisme dalam kalangan mahasiswa, karena
sifat perfectsionisme sangat dekat hubungannya dengan faham hedonisme
itu sendiri. Terlebih faham hedonisme menganggap bahwa kebahagiaan itu
lah tujuan hidupnya serta tolak ukur tindakan manusia maka secara tidak
langsung menghasilkan sifat perfectsionis yang memandang bahwa
kesempurnaan dalam segala hal itu adalah merupakan sebuah keharusan
dalam hidupnya. Tanpa memandang bahwa orang sekitarnya yang lebih
membutuhkan belaian kasih akan kehidupan yang bahagia juga sering kali
di abaikan olehnya.
4. Faktor Lingkungan
Faktor
lingkungan sangat menentukan keperibadian mahasiswa, karena lingkungan
adalah tempat dimana mahasiswa bergaul dan berinteraksi dengan
orang-orang sekitarnya. Lingkungan yang apatis akan memaksa mahasiswa
menjadi manusia yang tidak mau tau akan realita-realita di sekitarnya
alias cuek-cuek aja. Dan biasanya lingkungan mahasiswa yang apatis ini
akan menjadi mahasiswa yang kupu-kupu (kuliah
pulang - kuliah pulang). Kerjaannya Cuma kuliah dan kuliah lalu pulang
begitu saja tanpa memikirkan bagaimana ia berinteraksi secara lebih
dengan mahasiswa lain dan sangat tidak peduli akan organisasi-organisasi
di dalam perkuliahan yang sejatinya mendewasakan fikirannya serta
tindakannya di kemudian hari. Prilaku apatis seperti itu cenderung
rentan diserang oleh hedonisme, karena faham hedonis yang sejatinya
mengkuantitaskan kesenagan itu akan cenderung lupa bagaimana caranya
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya dan mudah terjebak oleh
situasi dan kondisi dimana situasi tersebut diambil alih oleh perilaku
hedonis dan melupakan analisis ilmiahnya sebagai mahasiswa yang
menjadikannya dewasa dalam berfikir serta berperan sesuai dengan
paradima mahasiswa itu sendiri.
5. Faktor Gaya Hidup Bebas
Gaya
hidup bebas mahasiswa sangat rentan diserang hedonisme, karena gaya
hidup bebas sangat memperioritaskan kesenangan duniawi yang sebetulnya
hanya sesaat dan tidak mempunyai makna yang signifikan kepada mahasiswa
itu sendiri. Dalam tindakannya sehari-hari, gaya hidup bebas ini
cenderung mengambil tindakan yang ringan-ringan serta tidak mau
mengambil resiko yang terlau memberatkan fikirannya. Tindakan seperti
itu sangat persis dengan tindakan faham hedonis yang memandang bahwa
segala sesuatu itu tidak memberatkan jiwa dan raga dalam kehidupan
sehari-hari. Pantaslah mahasiswa yang kehidupannya tertlalu bebas dan
glamour itu lebih memilih posisi aman serta tidak mau memacu maneuver
dia dalam tindakan-tindakannya yang membawa kebahagiaan bagi orang-orang
di sekitarnya.
Selanjutnya
langkah-langkah seperti apakah yang seharusnya ditempuh oleh mahasiswa
dalam menghadapi faham hedonis yang sejatinya merusak paradigma berfikir
mahasiswa dalam kehidupannya sebagai agen of change dan agen of control
ditengah-tengah masyarakat kampus maupun di luar masyarakat kampus. ?
berikut langkah-langkahnya yang menurut saya bisa mengurangi sifat
hedonis dalam kalangan mahasiswa.
1) Kritis Dalam Bertindak dan Bertinngkah Laku
Menjadi
mahasiswa yang kritis dan peka terhadap lingkungan adalah bukan sebuah
pilihan, melainkan sebuah keharusan. Karena dengan kita menjadi
mahasiswa yang kritis kita mampu mengkaji serta mengambil tindakan yang
tepat dan efisien dalam menghadapi masalah-masalah yang menghadapii
kita. Dengan begitu paradigma berfikir mahasiswa akan menjadi sebuah
praktek yang nyata dan bukan menjadi sebuah wacana belaka. Maka dengan
begitu pula secara tidak langsung kita dapat memarginalkan hedonisme
didalam kehidupan mahasiswa dan beralih kepada perilaku-perilaku yang
positif serta dapat membantu sesama dengan keikhlasan dan keyakinan yang
teguh akan perubahan.
2) Menerapkan Gaya Hidup Sederhana
Menerapkan
gaya hidup yang sederhana adalah salah satu pilihan alternative dalam
membasmi hedonisme dikalangan mahasiswa, pasalnya dengan menerapkan gaya
hidup yang sederhana, orientasinya lebih akurat serta tidak terlalu
memberatkan fikiran serta terkesan lebih menarik dimata orang lain. Pola
hidup sederhana juga memberi pengaruh yang signifikan terhadap
pergaulan mahasiswa dengan mahasiswa lainnya, karena di pandang sangat supple dalam
bergaul dan tidak memandang lawan bergaul dari segi apapun. Itulah
alasan pola perilaku sederhana itu sangat berpengaruh terhadap
penghapusan hedonisme dalam kalangan mahasiswa.
3) Kontrol Pengeluaran Bahan Produksi
Pengeluaran
bahan produksi disini maksudnya adalah modal yang berbentuk materil
maupun non materil, bahan materil disini maksudnya seperti uang,
sedangkan bahan produksi yang non materil itu berupa selain dari uang
seperti tenaga dan alat transportasi. Lalu bagaimanakah cara kita
mengontrol bahan produksi tersebut dalam kehidupan kita sehari-hari
dalam masyarakat kampus maupun masyarkat di luar kehidupan kampus. ?
Jawabannya ada pada paradigma berfikir mahasiswa itu sendiri. Disinilah
praktek nyata dari acuan berfikir seorang mahasiswa itu dalam mengontrol
segala yang menjadi perioritas utamanya. Maka secara tidak langsung
sifat hedonisme itu dapat di cegah oleh mahasiswa itu dengan mengontrol
dan memikirkan secara ilmiah tentang segala resiko yang akan ddiambil kelaknya.
Pada intinya pencegahan hedonisme dalam mahasiswa itu terletak padakeyakinan (trust) yang teguh serta praktek yang nyata dari
mahasiswa itu sendiri. Itu lah beberapa cara yang mungkin dapat
meminimalisir budaya hedonis itu timbul dalam dunia kemahasiwaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar