Sabtu, 08 Oktober 2016

Mengenal Kurikulum: Kurikulum Muatan Lokal



A.     Pengertian Kurikulum Muatan Lokal
Sejak Tahun 1994, Pengertian dari kurikulum muatan lokal sudah ada yaitu materi pelajaran yang diajarkan secara terpisah, menjadi kajian tersendiri. Sedangkan Menurut Soewardi pengertian kurikulum muatan lokal adalah materi pelajaran dan pengenalan berbagai ciri khas daerah tertentu, bukan saja yang terdiri dari keterampilan, kerajinan, tetapi jaga manifestasi kebudayaan daerah legenda serta adat istiadat.
Berdasasarkan hasil keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan menengah Nomor 173/-C/Kep/M/87 tertanggal 7 Oktober 1987 Pengertian kurikulum muatan lokal ialah program pendidikan yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam dan lingkungan budaya serta kebutuhan daerah dan wajib dipelajari oleh murid didaerah tersebut.

B.     Landasan Kurikulum Muatan Lokal
Pasal 37 Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) mencantumkan bahwa kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaian dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan.
Pasal 38 menyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan dalam satuan pendidikan didasarkan atas kurikulum yang berlaku secara nasional dan kurikulum yang disesuaikan dengan keadaan, serta kebutuhan lingkungan dan ciri khas satuan pendidikan yang bersangkutan.

C.      Tujuan Kurikulum Muatan Lokal
Secara umum tujuan program pendidikan muatan lokal adalah mempersiapkan murid agar mereka memiliki wawasan yang mantap tentang lingkungannya serta sikap dan perilaku bersedia melestarikan dan mengembangkan sumber daya alam, kualitas sosial, dan kebudayaan yang mendukung pembangunan nasional maupun pembangunan setempat. Tujuan penerapan muatan lokal pada dasarnya dapat dibagi dalam dua kelompok tujuan, yaitu tujuan langsung dan tujuan tidak langsung. Tujuan langsung adalah tujuan dapat segera dicapai. Sedangkan tujuan tidak langsung merupakan tujuan yang memerlukan waktu yang relatif lama untuk mencapainya. Tujuan tidak langsung pada dasarnya merupakan dampak dan tujuan langsung.
a. Tujuan langsung
  1. Bahan pengajaran lebih mudah diserap oleh murid.
  2. Sumber belajar di daerah dapat lebih dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan.
  3. Murid dapat menerapkanpengetahuan dan keterampilan yangdipelajarinyauntuk memecahkan masalah yang ditemukan di sekitarnya.
  4. Murid lebih mengenal kondisi alam, lingkungan sosial dan lingkungan budaya yang terdapat di daerahnya.
b. Tujuan tak langsung
1) Murid dapat meningkatkan pengetahuan mengenai daerahnya.
2) Murid diharapkan dapat menolong orang tuanya dan menolong dirinya sendiri dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.
3) Murid menjadi akrab dengan lingkungannya dan terhindar dari keterasingan terhadap lingkungannya sendiri.


D.     Fungsi Kurikulum Muatan Lokal
Kurikulum muatan lokal terdiri dari tiga fungsi yaitu:
  • Fungsi Penyesuaian
Sekolah berada dalam lingkungan masyarakat. Karena itu program-program sekolah harus disesuaikan dengan lingkungan Demikian pula pribadi-pribadi yang ada dalam sekolah hidup dalam lingkungan, sehingga perlu diupayakan agar pribadi dapat menyesuaikan diri dan akrab dengan lingkungannya.
  • Fungsi Integrasi
Murid merupakan bagian integral dari masyarakat, karena itu muatan lokal harus merupakan program pendidikan yang be rfungsi untuk mendidik pribadi-pribadi yang akan memberikan sumbangan kepada masyarakat atau berfungsi untuk membentukdan mengi ntegrasikan pribadi kepada masyarakat.
  • Fungsi Perbedaan
Pengakuan atas perbedaan berarti pula memberi kesempatan bagi pribadi untuk memilih apa yang diinginkannya. Karena itu muatan lokal harus merupakan program pendidikan yang bersifat luwes, yang dapat memberikan pelayanan terhadap perbedaan minat dan kemampuan murid. Ini tidak berarti mendidik pribadi menjadi orang yang individualistik tetapi muatan lokal harus dapat berfungsi mendorong pribadi ke arah kemajuan sosialnya dalam masyarakat.

E.      Pengembangan Muatan Lokal
Bahan muatan lokal dapat tercantum pada intra kurikuler, misalnya mata pelajaran kesenian dan ketrampilan, bahasa daerah dan inggris. Sedang bahan muatan lokal yang dilaksanakan secara ekstra kurikuler bahan dikembangkan dari pola kehidupan dalam lingkungannya.
Karena bahan muatan lokal sifatnya mandiri dan tidak terikat oleh pusat, maka peranan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dalam muatan lokal ini sanagat menentukan . Untuk pengembangannya, langkah-langkah yang dapat ditempuh :
1. Menyusun Perencanaan Muatan Lokal
Dalam pelaksanaan proses pembelajaran selalu menyangkut berbagai unsur atau komponen . Menyusun perencanaan muatan lokal juga akan menyangkut berbagai sumber, pengajar, metode, media, dana dan evaluasi.
Merencanakan bahan muatan lokal yang akan diajarkan antara lain dengan :
a. Mengidentifikasikan segala sesuatu yang mungkin dapat dijadikan bahan muatan lokal
b. Menyeleksi bahan muatan lokal dengan kriteria sebagai berikut :
1) Sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
2) Tidak bertengan dengan Pancasila dan aturan adat yang berlaku.
3) Letaknya terjangkau dari sekolah.
4) Ada nara sumber baik didalam maupun diluar sekolah.
5) Bahan/ajaran tersebut merupakan ciri khas daerah tersebut.
c. Menyusun GBPP yang bersangkutan
d. Mencari sumber bahan yang tertulis maupun yang tidak tertulis
e. Mengusahan sarana/prasarana yang relevan dan terjangkau.
2. Pembinaan dan Pengembangan Muatan Lokal
Pembinaan perlua ditangani oleh tenaga-tenaga yang profesioanal dan dilakukan secara kontinue, karena dalam pelaksanaan dilapangan kadang-kadang siswa lebih mahir dari pada gurunya , karena siswa sudah biasa melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dimaksud, misalnya anak petani, anak pengrajin, bengkel, peternak dan sebagainya, yang akibatnya akan terjadi pembuangan tenaga, waktu dan biaya.
3. Pengembangan Muatan Lokal
Ada dua arah pengembangan dalam muatan lokal, yaitu :
a. Pengembangan untuk jangka jauh
Agar para siswa dapat melatih keahlian dan ketrampilan yang sesuai dengan harapan yang nantinya dapat membantu diriny, keluarga, masyarakat dan akhirnya membantu pembangunan nusa dan bangsanya. Oleh karena itu perkembangan muatan lokal dalam jangka panjang harus direncanakan secara sistematik oleh sekolah, keluarga, dan masyarakat setempat dengan perantara pakar-pakar pada instasi terkait baik negeri maupun swasta. Untuk muatan lokal disekolah dasar masih bersifat concentris, kemudian dilaksanakan secara kontinyu disekolah menengah pertama dan akan terjadi konvergensi disekolah menengah atas.
b. Pengembangan untuk jangka pendek
Perkembangan muatan lokal dalam jangka pendek dapat dilakukan oleh sekolah setempat dengan cara menyusun kurikulum muatan lokal kemudian menyusun GBPP-nya dan direvisi setiap saat.
Dalam Pengembangan selanjutnya ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
  1. Perluasan muatan lokal
Dasarnya adalah bahan muatan lokal yang ada di daerah itu yang terdiri dari berbagai jenis jenis muatan lokal misalnya : pertanian, kalau sudah dianggap cukup ganti peternakan, perikanan, kerajianan dan sebagainya. Siswa cukup diberi dasar-dasarnya saja dari berbagai muatan lokal sedang pendalamanya dilaksanakan pada periode berikutnya.
  1. Pendalaman muatan lokal
Dasarnya adalah bahan muatan lokal yang sudah ada kemudian diperdalam samapai mendalam, misalnya masalah pertanian dibicarakan dan dilaksanakan mengenai bagaimana cara memupuk, memelihara, mengembangkan, pemasarannya dan sebagainya. Oleh karena itu pelajaran ini diberikan pada siswa yang telah dewasa.
Berhasil atau tidaknya pengembangan disekolah tergantung pada :
1 ) Kekreatifan guru.
2) Kesesuaian program
3) Ketersediaan sarana dan prasarana
4) cara pengeloaan
5) Kesiapan siswa
6) Partisipasi masyarakat setempat
7) Pendekatan kepala sekolah dengan nara sumber dan instansi terkait
Adapun cara menentukan bahan pelajaran muatan lokal untuk satu bidang studi dapat dilaksanakan dengan empat cara :
1. Bagi bidang studi yang sudah punya GBPP, disusun pokok bahasan/ sub pokok bahasan, kemudian dipilih bahan mana yang berkriteria muatan lokal.
2. GBPP yang telah dipilih, sesuaikan dengan pola kehidupan masyarakat.
3. Pola kehidupan dalam lingkungan alam, dijadikan sumber sebagai GBPP yang mungkin sesuai dengan GBPP atau tidak sesuai dengan GBPP yang telah ada.
4. Pola kehidupan dalam lingkungan alam, dipilih unsur-unsurnya yang perlu dimasukan dalam program pendidikan kemudian dibuat GBPP.

F.      Ruang Lingkup Muatan Lokal

Ruang lingkup dari muatan lokal meliputi:
1. Lingkup Keadaan dan Kebutuhan Daerah. Keadaan daerah adalah segala sesuatu yang terdapat didaerah tertentu yang pada dasarnya berkaitan dengan lingkungan alam, lingkungan social ekonomi, dan lingkungan sosial budaya. Kebutuhan daerah adalah segala sesuatu yang diperlukan oleh masyarakat di suatu daerah, khususnya untuk kelangsungan hidup dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat tersebut, yang disesuaikan dengan arah perkembangan daerah serta potensi daerah yang bersangkutan. Kebutuhan daerah tersebut misalnya kebutuhan untuk:
a. Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah
b. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan di bidang tertentu, sesuai dengan keadaan perekonomian daerah
c. Meningkatkan penguasaan bahasa Inggris untuk keperluan sehari-hari, dan menunjang pemberdayaan individu dalam melakukan belajar lebih lanjut (belajar sepanjang hayat)
d. Meningkatkan kemampuan berwirausaha.

2. Lingkup isi/jenis muatan lokal, dapat berupa: bahasa daerah, bahasa Inggris, kesenian daerah, keterampilan dan kerajinan daerah, adat istiadat, dan pengetahuan tentang berbagai ciri khas lingkungan alam sekitar, serta hal-ha! yang dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan.


Daftar Pustaka
Dr.E Mulyasa, mpd,2006.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.PT Rosdakarya Bandung
Prof.Dr.SuharsimiArikunto.2008.ManajemenPendidikan.ed.1.Aditya Media.Yogyakarta

Macam-macam Filsafat

Dalam membangun tradisi filsafat banyak orang mengajukan pertanyaan yang sama, menanggapi, dan meneruskan karya-karya pendahulunya sesuai dengan latar belakang budaya, bahasa bahkan agama tempat tradisi filsafat itu dibangun.

Oleh karena itu, filsafat biasa diklasifikasikan menurut daerah geografis, dan latar belakang budayanya. Dewasa ini filsafat biasa dibagi menjadi dua kategori besar menurut wilayah, dan menurut latar belakang agama.

Menurut wilayah, filsafat bisa dibagi menjadi: filsafat barat, filsafat timur, dan filsafat tengah Sedangkan menurut latar belakang agama, filsafat dibagi menjadi: filsafat Islam, filsafat Budha, filsafat Hindu, dan filsafat Kristen.
  • Filsafat Barat
Filsafat Barat adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di universitas-universitas di Eropa dan koloni mereka. Filosofi ini telah berkembang dari tradisi filsafat Yunani kuno. Karakter utama dari filsafat Barat, seperti Plato, Thomas Aquinas, Rene Descartes, Immanuel Kant, Georg Hegel, Arthur Schopenhauer, Karl Heinrich Marx, Friedrich Nietzsche dan Jean-Paul Sartre.
  • Filsafat Timur
Filsafat Timur adalah tradisi filsafat yang terutama tumbuh di Asia, terutama di India, Cina dan daerah lain yang pernah dipengaruhi oleh budaya. Sebuah tanda dari filsafat Timur adalah hubungan dekat dengan filsafat agama. Meskipun ini adalah kurang dari bisa dikatakan untuk Filsafat Barat, terutama di Abad Pertengahan, tetapi di Dunia Barat filsafat ‘an sich’ masih lebih menonjol daripada agama. Nama-nama beberapa filsuf Timur, antara lain Siddharta Gautama Buddha / Buddha, Bodhidharma, Lao Tse, Konfusius, Zhuang Zi dan Mao Zedong.
  • Filsafat Timur Tengah
Filsafat Timur Tengah dilihat dari sejarah adalah filsuf yang bisa mengatakan juga pewaris tradisi filsafat Barat. Untuk filsuf pertama di Timur Tengah yang orang Arab atau Muslim, dan juga beberapa orang Yahudi, yang menaklukkan daerah sekitar Mediterania dan perjumpaan dengan tradisi filsafat Yunani dari budaya mereka. Kemudian mereka menafsirkan dan mengomentari karya-karya Yunani. Ketika Eropa tiba di Abad Pertengahan setelah runtuhnya Kekaisaran Romawi dan melupakan karya-karya filsuf Yunani klasik Timur Tengah ini mempelajari karya-karya yang sama, dan bahkan terjemahan mereka dipelajari lagi oleh orang-orang Eropa. Nama-nama beberapa filsuf Timur Tengah adalah Ibnu Sina, Ibnu Tufail, Kahlil Gibran, dan Averroes.
  • Filsafat Islam
Filsafat Islam adalah filsafat yang seluruh Muslim Scholar. Ada beberapa perbedaan utama antara filsafat Islam dengan filsafat lain. Pertama, meskipun para filsuf Muslim asli untuk mengeksplorasi karya-karya filsafat Yunani klasik, terutama Aristoteles dan Plotinus, namun kemudian menyesuaikannya dengan ajaran Islam. Kedua, Islam adalah agama tauhid. Kemudian, ketika filsafat adalah ‘menemukan Tuhan’, dalam filsafat Islam justru Tuhan sudah ditemukan, dalam arti bahwa hal itu tidak berarti usang, dan belum dibahas, namun filsuf Islam, telah difokuskan pada manusia dan alam, karena , seperti diketahui, pembahasan Tuhan hanya akan menjadi diskusi yang tidak pernah final.

  • Filsafat Budha
Filsafat Budha atau Filsafat Pengetahuan (= Philosophy of Knowledge)-nya Buddhisme mengenai Madhyamika atau Ajaran Jalan Tengah (= Middle Doctrine) yang didalam realitasnya merupakan Filsafat Ilmu Pengetahuan (= Philosophy of Science) yang bersifat revolusioner.
  • Filsafat Hindu
Filsafat Hindu atau Filasafat Wedanta bersumber dari  Upanisad, Brahma sutra/ Wedanta-sutra dan Bhagawadgita. Filsafat tentang dunia ini ada yang memberikan ulasan bahwa dunia ini maya (bayangan saja). Dilain pihak menyebutkan dunia ini betul-betul ada, bukan palsu sebab diciptakan oleh Tuhan dari diriNya sendiri. Karena perbedaan pendapat ini dengan sendirinya menimbulkan teka-teki , apakah dunia ini benar- benar ada ataukah dunia ini betul-betul maya?

  • Filsafat Kristen
Filsafat Kristen pada awalnya dirancang oleh bapa gereja untuk menghadapi tantangan zaman di abad pertengahan. Kristen dunia barat pada waktu itu di tengah-tengah Abad Kegelapan (Dark Ages). Orang mulai mempertanyakan keyakinan agama. Filsafat Kristen banyak berkutat pada masalah ontologis dan keberadaan tuhan. Hampir semua filsuf Kristen adalah seorang teolog ahli atau isu-isu agama. Contohnya adalah St Thomas Aquinas dan St Bonaventura.

Senin, 03 Oktober 2016

All About Japan



There are many names of Japan in English, Japanese, and other languages. The word "Japan" (or "Japon") is used by a large number of languages. The Japanese names for Japan are Nippon (にっぽん) and Nihon (にほん). They are both written in Japanese using the kanji 日本. Both Nippon and Nihon literally mean "the sun's origin", that is where the sun originates and are often translated as the Land of the Rising Sun.
Geographical areas of Japan is an island nation in East Asia comprising a stratovolcanic archipelago extending along the Pacific coast of Asia. It lies between 24° to 46° north latitude and from 123° to 146° east longitude. Japan is southeast of the Russian Far East, separated by the Sea of Okhotsk; slightly east of Korea, separated by the Sea of Japan; and east-northeast of China and Taiwan, separated by the East China Sea. The closest neighboring country to Japan is the Russian Federation. The major islands, sometimes called the "Home Islands", are (from north to south) Hokkaidō, Honshū (the "mainland"), Shikoku and Kyūshū.
Crops grown in Japan is rice. Rice is by far the most important crop in Japan and planted on the best agricultural land. Other crops grown in Japan include soybeans, wheat, barley, and a large variety of fruit and vegetables. The climate in Japan ranges from temperate in the north to semi-tropical in the south, with abundant rainfall (typhoons are common), hot summers, and relatively mild winters (except in the northern Japanese island of Hokkaido).
Animal raised in Japan is Wagyu Cattle. In many respects, the raising of Wagyu cattle is one of the few remaining generally traditional activities in modern Japan.  But this is a relatively new tradition. Until about 1960, most beef in Japan was produced from cattle kept primarily for draught purposes.
Natural resources found in Japan is 46.1% from petroleum, 21.3% from coal, 21.4% from natural gas, 4.0% from nuclear power, and 3.3% from hydropower. Nuclear power produced 9.2 percent of Japan's electricity, as of 2011, down from 24.9 percent the previous year. Japan has therefore aimed to diversify its sources and maintain high levels of energy efficiency.
The wildlife of Japan includes its flora, fauna and natural habitats. The islands of Japan stretch a long distance from north to south and cover a wide range of climatic zones. This results in a high diversity of wildlife despite Japan's isolation from the mainland of Asia. In the north of the country, there are many subarctic species which have colonized Japan from the north. In the south there are south-east Asian species, typical of tropical regions.
More than 99 percent of the population speaks Japanese as their first language. Japanese is an agglutinative language distinguished by a system of honorifics reflecting the hierarchical nature of Japanese society, with verb forms and particular vocabulary indicating the relative status of speaker and listener. Japanese writing uses kanji (Chinese characters) and two sets of kana (syllabaries based on cursive script and radical of kanji), as well as the Latin alphabet and Arabic numerals. Besides Japanese, the Ryukyuan languages (Amami, Kunigami, Okinawan, Miyako, Yaeyama, Yonaguni), also part of the Japonic language family, are spoken in the Ryukyu Islands chain.
Japan has many art like architecture, sculpture and painting. The Shrines of Ise have been celebrated as the prototype of Japanese architecture. Largely of wood, traditional housing and many temple buildings see the use of tatami mats and sliding doors that break down the distinction between rooms and indoor and outdoor space. Japanese sculpture, largely of wood, and Japanese painting are among the oldest of the Japanese arts, with early figurative paintings dating back to at least 300 BC.
Japanese music is eclectic and diverse. Many instruments, such as the koto, were introduced in the 9th and 10th centuries. The accompanied recitative of the Noh drama dates from the 14th century and the popular folk music, with the guitar-like shamisen, from the sixteenth. Western classical music, introduced in the late 19th century, now forms an integral part of Japanese culture. The imperial court ensemble Gagaku has influenced the work of some modern Western composers.
The many and varied traditional handicrafts of Japan are officially recognized and protected. Some enjoy status as meibutsu, or regional specialties. Each craft demands a set of specialized skills. Textile crafts, for example, include silk, hemp, and cotton, woven (after spinning and dyeing) in forms from timeless folk designs to complex court patterns. Village crafts that evolved from ancient folk traditions also continued in weaving and indigo dyeing in Hokkaidō by the Ainu people, whose distinctive designs have prehistoric prototypes, and by other remote farming families in northern Japan.


Puisi : Wajah Hitam



Yulia Olivianti

Kala surya hilang menghadirkan senja
Gemerlap orange membentang di langit-langit malam
Serak parau suara adzan berkumandang
Kuhampiri deretan sendal bak semut berjajar

Hari ini hanya dua, pikirku
Entah esok atau lusa, mungkin sudah tak ada
Parah sungguh negeri tercinta ini
Kecanggihannya hampir-hampir merenggut hidupku

Si tukang semir cilik
Nama panggungku kini mulai sirna
Karena apa? Karena kotak ajaib itu, Tuhan!
Tak perlu lama, tak perlu kotor, katanya

Kini bisu ku adalah harapan mereka
Tak ada lagi tempat untuk menggadu
Kini hidupku sebatang kara
Di tinggal mati kedua orang tua