Kehidupan masyarakat Banten
yang berkecimpung dalam dunia pelayaran, perdagangan dan pertanian
mengakibatkan masyarakat Banten berjiwa bebas, bersifat terbuka karena bergaul
dengan pedagang-pedagang lain dari berbagai bangsa. Para pedagang lain tersebut
banyak yang menetap dan mendirikan perkampungan di Banten, seperti perkampungan
Keling, perkampungan Pekoyan (Arab), perkampungan Pecinan (Cina) dan
sebagainya.
Di samping perkampungan
seperti tersebut di atas, ada perkampungan yang dibentuk berdasarkan pekerjaan
seperti Kampung Pande (para pandai besi), Kampung Panjunan (pembuat pecah
belah) dan kampung Kauman (para ulama). Dalam bidang kebudayaan : kerajaan
Bnaten pernah inggal seorang Syeikh yang bernama Syeikh Yusuf Makassar
(1627-1699), ia sahabat dari Sultan Agung Tirtayasa, juga Kadhi di Kerajaan
Banten yang menulis 23 buku. Selain itu di Banten pada akhir masa kesultanan
lahir seorang ulama besar yaitu Muhammad Nawawi Al-bantani pernah menjadi Imam
besar di Masjidil Haram. Ia wafat dan dimakamkan di Makkah, sedikitnya ia telah
menulis 99 kitab dalam bidang Tafsir, Hadits, Sejarah, Hukum, tauhid dan
lain-lain. Melihat kajiannya yang beragam menunjukkan ia seorang yang luas wawasannya.
Salah satu contoh wujud akulturasi tampak pada bangunan Masjid Agung Banten,
yang memperlihatkan wujud akulturasi antara kebudayaan Indonesia, Hindu, Islam
di Eropa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar