Museum Situs
Kepurbakalaan Banten Lama berada di wilayah Banten Lama, Serang, berjarak hanya
beberapa puluh meter dari Masjid Agung Banten,
berseberangan dengan reruntuhan Istana Surosowan. Itu karena kunci gembok pagar masuk ke reruntuhan disimpan oleh
petugas museum ini. Tempat yang digunakan oleh Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama berupa bangunan segi empat satu
lantai dengan halaman sangat luas. Di halaman depan museum, agak ke sebelah
kanan, terdapat cungkup kecil yang di dalamnya dipajang koleksi meriam kuno
yang dikenal dengan nama Meriam Ki Amuk.
Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama berdiri di atas
tanah seluas 10.000 m2, sedangkan luas bangunannya hanya 778 m2. Museum
didirikan pada 1984, dan peresmiannya dilakukan pada 15 Juli 1985 oleh Prof.
Dr. Haryati Soebadjio, Dirjen Kebudayaan waktu itu. Selain benda arkeologis,
museum ini juga menyimpan mata uang lama, peninggalan etnik, serta keramik.
Dari sekian banyak benda-benda purbakala yang menjadi
koleksinya, benda-benda tersebut dibagi menjadi 5 kelompok besar.
- Arkeologika, benda-benda yang digolongkan dalam kategori ini adalah Arca, Gerabah, Atap, Lesung Batu, dll.
- Numismatika, koleksi bendanya berupa Mata Uang, baik Mata Uang lokal maupun Mata Uang asing yang dicetak oleh masyarakat Banten.
- Etnografika, benda-benda koleksinya berupa miniatur Rumah Adat Suku Baduy dan berbagai macam Senjata Tradisional dan juga senjata peninggalan Kolonial seperti Tombak, Keris, Golok, Meriam, Pistol, dll.
- Keramologika, yaitu benda-benda koleksi berupa macam-macam Keramik. Keramik yang tersimpan berasal dari berbagai tempat seperti Burma, Vietnam, China, Jepang, Timur Tengah dan Eropa. Tidak ketinggaln pula keramik lokal asal Banten yang biasanya lebih dikenal dengan sebutan Gerabah dan biasanya gerabah ini digunakan sebagai alat-alat rumah tangga.
- Seni rupa, yang termasuk didalamnya adalah benda-benda seni seperti Lukisan atau Sketsa. Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama ini menyimpan banyak koleksi lukisan tetapi hampir keseluruhannya adalah lukisan hasil reproduksi.
Selain, menyimpan benda-benda koleksi kepurbakalaannya di
dalam ruangan, terdapat dua Artefak yang disimpan di halaman Museum
Situs Kepurbakalaan Banten Lama, yaitu artefak Meriam Ki Amuk dan juga alat penggilingan Lada. Yang paling terkenal adalah Meriam
Ki Amuk, meriam yang terbuat dari tembaga dengan tulisan arab yang panjangnya
sekitar 2,5 meter ini merupakan bantuan dari Ottoman Turki. Konon Meriam Ki Amuk memiliki kembaran yaitu Meriam Ki Jagur yang saat ini tersimpan di halaman belakang Museum Fatahillah Jakarta. Sedangkan alat penggilingan lada
yang terbuat dari batu padas yang sangat keras telah hancur menjadi beberapa
bagian. Pada zaman dahulu Banten memang dikenal sebagai penghasil lada, itulah
yang menyebabkan Belanda datang ke Banten, salah satunya ingin menguasai
produksi lada.
Museum Situs
Kepurbakalaan Banten Lama selain dimanfaatkan sebagai tempat menyimpan benda
cagar budaya bergerak (movable artifact) hasil penelitian yang berasal dari
Banten Lama dan sekitarnya, dapat juga dimanfaatkan sebagai media atau sarana
yang bersikap rekreatif ilmu pengetahuan dan sebagai sumber inspirasi.
Pendirian museum ini didasari karena adanya potensi budaya yang pernah hidup
dan berkembang di wilayah Banten. Oleh karena itu cakupan koleksi yang dihimpun
adalah benda-benda yang memberikan gambaran tentang sejarah alam dan budaya
yang berkembang sejak masa prasejarah hingga yang masih hidup sampai sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar