Tokoh yang
berperan besar atas keberhasilan progresivisme adalah Jhon Dewey. Dewey
merintis gerakan pendidikan progresif yang dimulai pada tahun 1920-an. Dan
telah menghasilkan banyak inovasi-inovasi penting yang bertahan lama dalam
pendidikan di Amerika Serikat.
Gerakan
progresivisme merangsang sekolah-sekolah untuk memperluas kurikula mereka,
menjadikan pendidikan lebih relevan dengan kebutuhan-kebutuhan dan minat-minat
para siswa.
·
Akar-akar
Progresivisme (Filsafat John Dewey)
Dewey menganggap semesta fisik (physical
universe) sebagai real dan fundamental. Dewey juga berpandangan bahwa satu
kebenaran yang konstan tentang alam semsta adalah eksistensi perubahan. Jadi,
perubahan bukanlah suatu kekuatan yang tidak dapat dikendalikan, tetapi lebih
tepatnya, perubahan dapat diarahkan oleh intelegensi manusia.
Dewey mengajarkan bahwa manusia adalah
hewan-hewan sosial yang belajar dengan baik melalui interaksi (interplay)
dengan manusia-manusia lain, dan bahwa belajar kita meningkat saat kita
terlibatkan dalam aktifitas-aktifitas yang bermakna bagi kita.
Dewey mengemukakan gagasan bahwa pengetahuan
diperoleh dan diperluas saat kita menerapkan pengalaman-pengalaman kita yang
telah lalu untuk memecahkan permasalahan bermakna yang baru. Jadi, pendidikan
merupakan rekonstruksi pengalaman, suatu kesempatan untuk menerapkan
pengalaman-pengalaman sebelumnya dengan cara baru.
Dewey mengajukan lima metode untuk memecahkan
malsalah, antara lain:
1.
Menyadari
masalah,
2.
Mendefinisikan
(merumuskan) masalah itu,
3.
Mengajukan
berbagai hipotesis untuk memecahkannya,
4.
Mengkaji
konsekuesi-konsekuensi dari tiap hipotesis berdasarkan pengalaman yang telah
lalu, dan
5.
Menguji
pemecahan yang paling mungkin.
·
Progresivisme
dalam the schoolhouse (Rumah-Sekolah)
Manusia-manusia belajar sebaik-baiknya dari
apa yang mereka anggap paling relevan dengan kehidupan mereka, maka para
progresivis memusatkan kurikulum di sekitar pengalaman-pengalaman, minat-minat,
serta kemampuan-kemampuan para siswa. Jadi para guru bertugas sebagai
merencanakan pelajaran-pelajaran yang menimbilkan keingintahuan dan mendorong
para siswa ke tingkat pengetahuan yang lebih tinggi. Jadi, selain membaca buku
teks, para siswa harus belajar dengan melakukan (doing). Dan para siswa pun
dihadapkan pada suatu kurikulum lebih demokratis yang mengakui pencapaian kaum
wanita dan kelompok-kelompok minoritas selain kaum pria kulit putih.
Para progresivis meyakini bahwa pendidikan
hendaknya menjadi suatu proses pengayaan yang terus menerus pada perkembangan
yang sedang berlangsung, bukan sekedar persiapan bagi kehidupan dewasa kelak.
Impian progresivis adalah penyelenggaraan
ruang kelas yang suram dan tampak tidak relevan yang diingat oleh banyak orang
dewasa dari masa kecil mereka suatu saat nanti hanya menjadi kenangan kejadian
masa silam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar