Komunikasi adalah bagian
yang esensial dari matematika dan pendidikan matematika. Hal ini merupakan cara
untuk sharing (tukar fikiran) gagasan
dan mengklarifikasikan pemahaman. Dari pengertian dan fungsinya komunikasi dan
penalaran merupakan proses yang sangat penting untuk mempelajari matematika itu
sendiri.
NCTM (National Council of Teachers of Mathematics)
menetapkan communication sebagai salah satu standar proses pembelajaran
matematika di sekolah. Ada lima standar proses pembelajaran matematika yg
ditetapkan oleh NCTM, sebenarnya, yakni Problem Solving; Reasoning
and Proof; Communication; Connections; dan Representation.
Mengenai communication, di Indonesia lebih dikenal sebagai komunikasi
matematika.
Lebih lanjut dijelaskan oleh NCTM (dalam Introduction to
Communication, Susan O'Connell, 2005, halaman xvi) bahwa program pengajaran
matematika, mulai dari playgroup sampai tingkat/kelas 12 hendaknya memampukan
siswa untuk:
·
meng-organisasikan
dan mengkonsolidasikan pemikiran matematika mereka melalui komunikasi,
·
mengkomunikasikan
pemikiran matematika mereka secara koheren dan jelas kepada teman sebaya, guru,
ataupun yang lainnya,
·
menganalisa
dan mengevaluasi pemikiran dan strategi matematika yang diutarakan oleh orang
lain,
·
menggunakan
bahasa matematika untuk mengungkapkan ide-ide matematika secara tepat.
Selain itu menurut Greenes dan Schulman (1996: 159)
komunikasi matematik adalah: kemampuan (1) menyatakan ide matematika melalui
ucapan, tulisan, demonstrasi, dan melukiskannya secara visual dalam tipe yang
berbeda, (2) memahami, menafsirkan, dan menilai ide yang disajikan dalam
tulisan, lisan, atau dalam bentuk visual, (3) mengkonstruk, menafsirkan dan
menghubungkan bermacam-macam representasi ide dan hubungannya. Selanjutnya
menurut Sullivan & Mousley (Bansu Irianto Ansari, 2003: 17), komunikasi
matematik bukan hanya sekedar menyatakan ide melalui tulisan tetapi lebih luas
lagi yaitu kemampuan siswa dalam hal bercakap, menjelaskan, menggambarkan,
mendengar, menanyakan, kiarifikasi, bekerja sama (sharing), menulis, dan
akhirnya melaporkar apa yang telah dipelajani.
Menurut NCTM (2000: 194) kemampuan komunikasi untuk kelas 3-5 seharusnya meliputi berbagi pemikiran, menanyakan pertanyaan, menjelaskan pertanyaan dan membenarkan ide-ide. Komunikasi harus terintegrasi dengan baik pada lingkungan kelas. Siswa harus didorong untuk menyatakan dan menuliskan dugaan, pertanyaan dan solusi.
Menurut NCTM (2000: 194) kemampuan komunikasi untuk kelas 3-5 seharusnya meliputi berbagi pemikiran, menanyakan pertanyaan, menjelaskan pertanyaan dan membenarkan ide-ide. Komunikasi harus terintegrasi dengan baik pada lingkungan kelas. Siswa harus didorong untuk menyatakan dan menuliskan dugaan, pertanyaan dan solusi.
Bansu Irianto Ansari (2003) menelaah kemampuan Komunikasi matematika dari dua
aspek yaitu komunikasi lisan (talking) dan komunikasi tulisan (writing).
Komunikasi lisan diungkap melaui intensitas keterlibatan siswa dalam kelompok
kecil selama berlangsungnya proses pembelajaran. Sementara yang dimaksud dengan
komunikasi matematika tulisan (writing) adalah kemampuan dan keterampilan siswa
menggunakan kosa kata (vocabulary), notasi dan struktur matematika untuk
menyatakan hubungan dan gagasan serta memahaminya dalam memecahkan masalah.
Kemampuan ini diungkap melalui repsentasi matematika. Repsentasi matematika
siswa diklasifikasikan dalam tiga kategori:
(a) Pemunculan model konseptual,
seperti gambar, diagram,tabel dan grafik (aspek drawing);
(b) Membentuk
model matematika (aspek mathematical expression); dan
(c) Argumentasi verbal yang didasari
pada analisis terhadap gambar dan konsep-konsep formal (aspek written texts).
Secara umum, bisa dikatakan bahwa pembelajaran matematika
hendaknya dapat menumbuhkan kemampuan komunikasi matematika siswa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar